Sunday, December 19, 2010

Catatan untuk pengembang paket wisata, Moonsoon Windsurf

Jika kita ingin mengembangkan wisata minat khusus water sport windsurfing maka kita harus mencari celah diantara pasar wisata windsurf yang sudah ada. Kita harus melihat target market kita siapa dan wisatawan asal dari mana. Selain itu harus lebih jujur dalam menilai kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Pembaca boleh setuju boleh tidak dengan tulisan kali ini yang jelas ini merupakan pendapat pribadi dan hasil pengamatan dan juga diskusi sana sini.

Musim panas di Utara yaitu antara bulan Mei hingga September adalah merupakan musim liburan, tapi harus diingat, banyak spot-spot windsurf yang jauh lebih menarik di dunia ini, dengan lokasi tidak jauh dari Eropa. Menarik bukan hanya kondisi perairannya saja tapi juga karena pengelolaan yang jauh lebih maju dan profesional. Masih ditambah lagi adanya tontonan dari musim kompetisi. Disinilah letak kekurangan kita yaitu belum adanya tempat yang dikelola secara professional dan kompetisi yang bisa jadi tontonan menarik.

Kenapa bulan Januari-February? Ini disaat musim dingin di Utara. Ini adalah celah yang tidak banyak orang memanfaatkan yaitu masa winter break bagi wisatawan asal belahan bumi bagian Utara. Kenapa sasarannya wisatawan dari Utara? Karena mereka yang tidak libur saat musim panas akan liburan saat musim dingin. Karena ada sebagian lagi yang tidak tahan terus menerus berada pada cuaca dingin dan perlu sedikit pergantian suasana. Karena mereka memilih untuk stay di belahan bumi Utara saat musim panas. Karena mereka selalu mencari-cari tempat kemana bisa pergi selama musim dingin. Karena mereka masyarakat yang menyukai olah raga. Berolah-raga adalah bagian kehidupan dan budaya mereka, maka saat melakukan liburan mereka memilih tempat-tempat yang sifatnya sportif dan full action disamping keindahan pemandangan dan atraksi yang sifatnya cultural.

Dimana letak keuntungan kita? Water sport khususnya, kelebihan kita adalah suhu air yang hangat sepanjang tahun. Ini tidak dipunyai negara-negara dengan empat musim. Indonesia sebagai negara yang berada di daerah tropik, berupa kepulauan dengan wilayah perairan yang luas, mempunyai banyak pilihan dan kemungkinan. Setiap pantai dengan potensi untuk windsurfing memiliki karakter yang berbeda dari waktu ke waktu. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pantaipun yang terus menerus sepanjang waktu mengalami keadaan yang sama, baik itu anginnya maupun kondisi airnya. Hanya ada kecenderungan kondisi yang sama yang harus jadi catatan informasi dalam memasarkannya.

Pemilihan olah raga air yang bagaimana? Ada kesalahan dalam pemahaman kita dengan istilah water sport. Menurut saya ini perlu diluruskan. Atraksi seperti Banana Boat, Parasailing, Flying Manta, tidak termasuk kategori water sport tapi di Indonesia lucu sekali permainan di air ini dikatakan sebagai water sport. Entah siapa yang memulai. Untuk sport yang mengandalkan kecepatan dan arah angin seperti windsurfing maka pemilihan waktu dan lokasi harus tepat. Cuaca dan angin dipengaruhi musim dan tekanan udara. Kecenderungan yang terjadi dari bulan Januari hingga Desember setiap bulan dicatat. Dalam satu tahun akan terlihat lokasi mana dan pada bulan apa yang memiliki kondisi angin yang konstan minimal 50:50, artinya kemungkinan angin 15 hari dalam waktu 30 hari atau satu bulan, dengan kecepatan tidak kurang dari 12 knots.

Biaya per pax juga harus jadi pertimbangan. Banyak dari kita menilai bahwa harga berapapun akan dibayar demi kesenangan dan mengira bahwa semua pelancong adalah orang kaya yang siap menghamburkan dollar. Pendapat ini harus dikoreksi, memang pelancong umumnya lebih spendable tapi sebenarnya orang asing lebih banyak yang cermat dalam berbelanja dibanding orang Indonesia. Harga yang wajar dengan reputasi yang baik adalah yang akan dilirik. Reputasi baik termasuk keadaan peralatan dengan kondisi yang dapat diterima baik.

Wednesday, November 24, 2010

Mau belajar windsurfing?

Buat yang berniat jadi pemula atau yang memang ingin sekali bisa ikut berkecipak-kecipuk di air bersama teman yang sudah memulainya terlebih dahulu maka bersiap-siaplah untuk menyisihkan anggaran belanja untuk peralatan-peralatan olah raga ini. Bila berniat menekuni olahraga windsurfing maka kita tidak bisa pinjam atau sewa terus-terusan tapi harus punya sendiri peralatan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Demi untuk windsurfing saya sebagai perempuanpun setiap saat harus rela meniadakan anggaran belanja fashion keluaran baru supaya bisa mengganti peralatan yang sudah uzur berikut assesorisnya.

Windsurfing memang bukan kesenangan murah maka perlu dipikir masak-masak saat membeli peralatan untuk yang pertama kali.


Untuk pertama kali dan juga untuk meyakinkan diri sendiri apakah memang berminat untuk belajar windsurfing bisa pinjam atau mengikuti kursus-kursus pemula, biasanya ada di tempat-tempat wisata atau hotel dan resort di tepi pantai (di Bali, di daerah Sanur dan Nusa Dua). Untuk belajar sebaiknya memang menggunakan board yang mempunyai stabilitas dan daya apung yang cukup, biasanya papan dengan volume diatas 150 Liter, soft deck dan memiliki dagger board. Dan layar yang sangat ringan karena otot-otot belum terlatih dan kita belum mengetahui trik-trik bagaimana cara yang memudahkan untuk mengangkat layar dari air. Begitu kita sudah sedikit menguasai windsurfing maka kita tidak lagi memerlukan peralatan tersebut maka dari pada buang uang untuk membeli peralatan beginner yang hanya kita pakai untuk satu tahun maka kita cari saja pinjaman, dengan catatan kalau ada yang mau kasih pinjam. Tapi kalau tidak ada yang kasih pinjam maka tempat-tempat rental umumnya mempunyai alat tersebut.


Begitu kita sudah menguasai sedikit, paling tidak sudah bisa agak lancar going up wind dan down wind, sudah tahu bagaimana melakukan manouver tacking maka sudah bisa meninggalkan papan selancar yang menggunakan dagger board. Sudah bisa memikirkan untuk membeli board yang pertama kali. Papan dan rig selanjutnya yang dibutuhkan bisa jadi tidak sama untuk setiap orang, yang jelas anak-anak, wanita dan pria bisa sangat berbeda, berat badan sangat menentukan. Banyak-banyaklah bertanya atau membaca referensi yang banyak tersebar di internet. Supaya tidak sesat di jalan bergabunglah dengan komunitas dan para pemain yang lain, disanalah kita bisa bertanya dan mendapatkan banyak informasi.

Thursday, October 7, 2010

Choosing the sails (around 6 m)

Not easy to find a sail fit to women windsurfer. Pro ladies windsurfer are different, they are as good as men. As common improver like me this is not so easy. There are not many sails in the market which are special for ladies. With 50 kg weight and do not have much muscles I need a sail which is light and handy. I see some people bought a sail because of the Pro’s use it, they bought sails they want, not sails what they need. And after that they are struggling and finally they can’t using it.

Most of the time I am using 5.8 m sail. I am using this range of sail to improve my jibe and waterstarting. The common condition wind around 10 – 14 knots, which we usually have most of the time in Tripoli and Bali. I sometimes go small when the wind getting hard to control but this condition not often we have. I have Kurze from Ka Sails (2006) and North Sails Drive light (I don’t remember the year maybe 2006 type) both are 5.8 m. One for Bali and one for Tripoli. After 4 years my Ka Kurze is getting old and ware off, already have lots of sticker patch, hole every where like a cheese. Now I need a new one to replace it.

We have Severne Mojo 6 m 2010 but it is not the sail for light wind (10-12 knots), it is not as handy as my others in this range size and I am not happy. It is not a sail for me. We have another 6 m Gun Flash and it is strong but heavy. The Ka Kurze is unforgettable for me, it is handy and extremely light, it is stable, it has huge range of wind, I am still planning even when the wind just below 10 knots, soft in the gust, and when the wind pick up to 15 knots I am simply running much faster but I still can handle it. I really like to have the same like this but since long time this type is discontinue. What a pity.

Finally I get Loft Advance 2010. I am quite happy with it. First because it is light and handy, smooth and soft in the lul. But in the speed it cannot beat the Ka Sail Kurze. Good that these sails are light so I can go bigger. I said ‘these’ because for replacing one Ka Kurze with Loft Advance for the same wind range I need two, size 5.8 m dan 6.5 m.

How about my North Sails Drive Light ? Difficult to say that this is a bad sail for me. It is less light compare to the Ka Sail Kurze, but just fine as it is quite handy. What is amazing for me, this sail has the same performance even when I am rigging it bad. It is not so sensitve in the way we are rigging it. Which is good. As most of the time women have problem in down hauling. We are depending to our partner and or friends which help us to down hauling during rigging.

Wednesday, August 4, 2010

Pelaksanaan penjualan paket wisata minat khusus windsurfing.

Ada beberapa point yang saya coba rumuskan dan menurut saya perlu jadi bahan masukan bagi yang berminat mengembangkan paket wisata windsurfing:

1. Kesan buruk akan mempengaruhi reputasi dan pertumbuhan di masa-masa mendatang.

Karena kita akan melangkah untuk mengolah kegiatan windsurfing bagi wisatawan dengan minat khusus maka pelaksanaannya pun harus dilakukan berdasarkan berbagai kajian-kajian yang mendalam pada faktor-faktor pendukungnya.

2. Pemilihan lokasi dan waktu yang tepat adalah mutlak.

Perlu diperhatikan adalah mengenai lokasi dan waktu. Tempat harus merupakan lokasi untuk windsurfing dengan keberadaan air dan angin yang memungkinkan terlaksananya kegiatan windsurfing selama wisatawan datang dan tinggal.
Windsurfing tidak bisa dilaksanakan setiap saat karena keberadaan angin tidaklah ada setiap saat. Angin terbentuk karena adanya aliran udara yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan udara. Kalender dan musim menjadi patokan. Perlu adanya penelitian-penelitian dan pencatatan yang sangat detail.

3. Ketersediaan infrastruktur.
Penyediaan sarana penginapan bukanlah hal yang berat untuk dipersiapkan apabila kajian dan penelitian yang menyangkut lokasi sudah dilaksanakan. Sistem homestay dan desa wisata akan lebih baik untuk penduduk sekitar pantai dan masyarakat kepulauan. Desa wisata yang bagaimana? Maksud dari desa wisata adalah masyarakat bisa mengembangkan sebagian dari tempat tinggalnya untuk bisa menjadi tempat penginapan wisatawan yang datang. Harus dihindarkan pembangunan resort dan hotel bintang 5, karena nantinya justru hanya menambah beban berat lingkungan dan membuat ketimpangan sosial.

Yang berat adalah penyedian infrastruktur, jalan-jalan darat, pelabuhan udara maupun pelabuhan laut, dan sistem transportasi. Traveling dengan membawa peralatan windsurfing tidaklah mudah. Baik untuk operator wisata penyedia layanan maupun bagi perorangan. Penerbangan antar pulau khususnya di Indonesia dimana banyak kemungkinan terjadi ‘islandhoper’ (bukan grasshoper = belalang) maksudnya berpindahnya seorang wisatawan dari satu pulau ke pulau lainnya, harus memungkinkan untuk seorang wisatawan membawa peralatannya dalam pesawat komersil. Atau dengan alternatif transportasi antar pulau lainnya yang semakin praktis.

4. Sarana dan peralatan, penyedia jasa operator wisata, sumber daya manusia, untuk pelayanan dan instruktur pelatih bagi pemula.
Peran Organisasi PORLASI dalam hal ini bisa sangat penting dalam menyediakan sumber daya manusia. Dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan dan sertifikasi untuk tenaga-tenaga jasa service/pelayanan tempat persewaan dan tenaga instruktur. Pelatihan pengetahuan tentang keselamatan lebih baik jika dilakukan oleh badan dan organisasi yang memang bidangnya.

Masalah sarana dan peralatan, kita bisa saja menyelesaikan persoalan dengan mengundang investor asing atau pengusaha kelas kakap. Seperti windsurfing center yang dibuat di Bintan Resort Mana-Mana yang dikelola perusahaan yang berbasis di Singapore. Tapi siapa yang diuntungkan dengan adanya investor besar? Kita harus menolak hadirnya investor kelas kakap dan investor asing karena akan mematikan keberadaan masyarakat pantai pengelola tempat persewaan yang sekarang ada. Yang harus kita lakukan adalah pembinaan dan pengayoman. Keberadaan dan ketersediaan peralatan dipasaran akan memudahkan mereka, dan dengan harga terjangkau akan menjadikan harga persewaan yang lebih realistis sehingga dapat menghidupkan usaha mereka. Selanjutnya ada terjalinnya kerjasama yang baik antara operator wisata dengan pengusaha persewaan.

Tuesday, August 3, 2010

Pengembangan Windsurfing dalam bidang tourisme

Wisata Bahari. Pasti semua setuju kalau kata ‘wisata’ ini bermakna sebuah kegiatan bersenang-senang saat liburan menikmati sebuah kegiatan diluar kegiatan keseharian dan bekerja, sementara kata ‘bahari ‘ bermakna semua bidang ke-maritiman dan kelautan. Sehingga kata wisata bahari bisa bermakna bersenang-senang di atas laut, di dalam laut atau di sekitar laut. Banyak cara ber-wisata dan bersenang-senang menikmati keindahan alam di sekitar laut, Windsurfing atau selancar angin adalah salah satunya.

Bila kita ingin mengembangkan windsurfing sebagai bagian dari marine tourisme maka kita harus mengembangkan windsurfing lebih luas bukan hanya mengacu pada olah raga sailing atau berlayar. Apakah ini berarti windsurfing harus keluar dari cabang olah raga layar dan membelot dari pakemnya? Salah besar. Tidak sama sekali, justru gagasan saya adalah mengembangkannya seluas-luasnya dari yang selama ini kita ikuti, sejalan dengan perkembangan windsurfing yang terjadi di dunia.

Menempatkannya dalam wadah organisasi lama atau wadah organisasi baru sebenarnya bukanlah masalah utama yang jadi penghalang berkembangnya windsurfing. Wadah bukanlah persoalan yang seharusnya menjadi penghalang. Persoalan yang sebenarnya yang kita hadapi dalam perkembangan windsurfing di Indonesia adalah keterkaitannya dalam kebijakan-kebijakan ekonomi negara, keuangan, perdagangan, perpajakan, investasi modal asing dan sebagainya. Dimana peraturan pemerintah dan perundang-undangan sangat sering dipergunakan secara sepihak oleh penguasa dan orang-orang yang berkepentingan untuk memperkaya dirinya sendiri dan kelompoknya (banyak kejahatan terorganisir dalam tubuh pemerintahan) sehingga sangat menyakitkan pelaku usaha dan menghambat tumbuh kembangnya bidang-bidang yang khusus didalam masyarakat.

Memang jika ada wadah organisasinya maka kepentingan kelompok dapat diperjuangkan. Mampukah Porlasi yang sekarang ini mewadahi windsurfing untuk jadi corong komunitas windsurfing? mengingat keberadaannya dikasta yang paling rendah dibandingkan dengan bentuk olah raga layar yang lain. Sementara itu juga keadaan di Indonesia untuk kegiatan tourisme windsurfing masih jadi pelengkap sarana sementara di banyak negara-negara yang mengandalkan kehidupan mereka dari tourisme mereka sudah mengolah kegiatan windsurfing ini sebagai bentuk dari tourisme dengan minat khusus. Menjualnya dalam satu kemasan berbentuk paket wisata.

Sebagai contoh seorang peminat windsurfing ingin melakukan liburan dengan aktifitas windsurfing pada lokasi tertentu. Orang tersebut menghubungi sebuah agen wisata dengan spesialisasi menjual paket wisata windsurfing. Agen tersebut akan mengatur semua kebutuhan perjalan wisata orang tersebut. Mengatur booking tiket menuju lokasi tersebut, mengatur hotel dan penginapan yang dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu, berikut menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan dalam melakukan aktifitas yang diinginkan. Jadi sekali lagi maksudnya dalam satu kemasan paket berarti mulai dari penginapan akomodasi, peralatan windsurfing, dan lokasi berikut transportasi.

Thursday, July 29, 2010

Setelah Sail Banda 2010 lalu bagaimana?

Saya benar-benar iri dengan pebisnis windsurfing di Brazil. Pemerintah Brazil men-support habis-habisan pendirian windsurf center di wilayah pantai bagian utara negara tersebut. Demi untuk mengundang lebih banyak wisatawan datang ke Amerika bagian Selatan terutama Brazil. Dan sepanjang pantai di bagian Utara Brazil saat ini tumbuh subur banyak sekali windsurf center yang besar. Foto-foto kegiatan windsurfing dan videonya muncul dalam iklan-iklan wisata mereka, "Brazil is calling". Mereka membagi-bagikan secara gratis video windsurfing dari spot-spot windsurf di Jericoacoara dan Icaraizinho kepada pembeli majalah-majalah windsurf (yg berarti pecinta windsurf) di Benua Eropa.

Saya bukan cuma sangat iri dengan keadaan di Brazil tapi juga saya iri dengan keadaan di Mesir. Lihat saja sepanjang pantai Timur wilayah Mesir di kawasan laut Merah dipenuhi dengan windsurf center. Dan jumlah turis yang datang ke Mesir berlipat-lipat jumlahnya dibandingkan dengan yang datang ke Indonesia. Mereka bukan datang karena cuma ingin lihat Pyramid tapi karena adanya fasilitas liburan wisata bahari yang ada di sepanjang laut Merah dari lembah Sinai hingga ke ujung paling Selatan wilayah Mesir. Pyramid saya sudah lihat dan kalau dibanding dengan candi Borobudur kurang lebih sama. Seni dan art Mesir memang menarik tapi seni dan art Indonesia juga sama menariknya. Keindahan laut Merah, biota lautnya juga sama dengan biota laut yang ada di Indonesia karena sama-sama dari laut Tropis. Malah pantai-pantai yang ada di Indonesia lebih eksotis. Bukan cuma itu, perilaku orang Indonesia juga jauh lebih baik dari orang Mesir. Permasalahannya bukan kita kurang promosi wisata, dari jaman penjajahan, jaman kolonial, semua orang tahu keindahan Indonesia, pulau-pulaunya, pantai-pantainya, sungai, gunung, hutan dan rimbanya orang membayangkan seperti itu lah surga, karenanya mereka rela berlayar jauh hingga ke Maluku dan mati-matian berperang mempertahankan pengaruh mereka di Nusantara.

Sejak saya mulai memutuskan bersama suami memulai bisnis windsurfing yang ada kaitannya dengan kegiatan pariwisata bahari kita melihat kenyataan bahwa hambatan yang utama ada di orang-orang dalam pemerintahan, undang-undang yang berlaku, birokrat dan pembuat undang-undang. Semua itu hambatan yang paling besar sementara di atas panggung pemerintah berakting layaknya mereka mempunyai keinginan yang sama seperti kita berkeinginan untuk kemajuan bangsa ini dan kemajuan wisata bahari khususnya. Kenyataan yang ada dilapangan sangat bertolak belakang dengan propaganda yang dibuat oleh pemerintah. Tidak ada keinginan yang sungguh-sungguh dalam elemen pemerintahan (masyarakat yang ada dan duduk dalam pemerintahan) untuk mewujudkan visi dan cita-cita bangsa. Mereka tidak punya visi atau mereka menjadi linglung saat mulai menempati kursi tinggi, jabatan tertentu, pos-pos tertentu dalam sebuah lembaga pemerintahan, dan mereka terkesima melihat bahwa mereka berada pada posisi yang bisa bergelimang harta. Mereka mempertahankan kedudukan dan posisi itu mati-matian bukan menerapkan pengetahuan yang mereka punya untuk membentuk sebuah system yang membangun seluruh bangsa tetapi membentuk system yang kuat untuk kepentingan diri mereka sendiri.

Seperti kita tahu Departemen Pariwisata saat ini menyelenggarakan Sail Banda 2010, mengeluarkan dana besar untuk itu, promosi wisata bahari, promosi wilayah Indonesia bagian Timur, katanya. Tujuannya promosi apa? Hanya untuk : Ini loh ada kegiatan berlayar dengan kapal-kapal layar, orang-orang berdatangan dari luar negeri yang katanya dari 19 negara bersama dengan ratusan kapal-kapal layar mereka berlayar dari Darwin menuju Banda, nonton tari-tarian dan makan-makanan orang Maluku? Hanya sampai disitu? Bentuk wisata bahari seperti apa yang orang-orang pemerintah itu mau sebenarnya? Kegiatan Sail Banda 2010 bukanlah satu-satunya dan pertama kali kegiatan promosi sailing yang pernah dilakukan pemerintah karena sebelumnya ada Sail Bunaken 2009 dan banyak kegiatan berjudul Sail-Sail lain-lainnya.

Windsurfing, adalah olah raga yang dilakukan di air dengan sebilah papan dan layar yang tertancap. Ini adalah kegiatan berlayar di kasta yang paling rendah dari berlayar di jaman modern ini. Coba lah cari fin bagian paling penting dari papan windsurfing yang sering kali rusak atau hilang atau bahkan seutas tali harness atau satu buah baut stainless steel yang sesuai untuk memperbaiki peralatan windsurfing, adakah tersedia di toko di Indonesia? Yang saya tahu itu cuma ada di toko kami di Bali. Orang-orang di pemerintahan, Presiden, para Menteri, Menteri Pariwisata, Menteri Kelautan, tidak ada yang tahu betapa sengsaranya lahir dan bathin kami untuk bisa mendirikan toko kami itu, yang kami kira bisa menjadi pendukung utama salah satu dari elemen wisata bahari. Dan yang kami kira bisa menjadi pendukung bagi windsurf center di Indonesia. Dan saya kira yang menderita bukan cuma saya pemilik toko windsurfing tapi seluruh tempat rental yang ada di Bali bahkan mungkin seluruh Indonesia Timur kalau ada. Dengan berbagai macam penderitaan karena tidak adanya dukungan dari elemen pemerintahan maupun undang-undang yang ada. Terus dana besar untuk penyelenggaraan promosi wisata bahari bernama Sail Banda 2010 dan Sail lain-lain itu untuk apa? Jika untuk mengembangkan elemen paling kecil saja kami kembang kempis dan harus bertarung dengan kebijakan dan undang-undang yang siap menerkam dan mematikan usaha kami.

Semoga tulisan unek-unek ini bisa membawa kita pecinta windsurfing dan pebisnis windsurfing di Indonesia berjalan kearah yang lebih baik. Semoga dengan adanya Sail Banda 2010 dan dana besar yang dikeluarkan untuk penyelenggaraannya yang saya manfaatkan momentnya untuk menyampaikan unek-unek ini memang bermanfaat bagi industri wisata bahari seperti yang dicita-citakan.


Wednesday, July 21, 2010

Windsurf Trip Farwa, Libya July 2010


The place is about 30 km from the Tunise border. It is still in Libya teritory. Not much people know this village except people living in Libya and love wind sport, means sport like windsurfing or kite surfing. The small long island made only from sand protecting the small harbour. The small island called Farwa. I don't really know the name of the village. People always called it Farwa the same name as that small island but I am not sure this is the right name. If we driving from Tripoli we have to pass the small city called Swara then leave the main access cross border road to the beach road. It is one of industrial village of Libya. As a marking you can find 2 big factory, ceramics and tiles factory at the left side and chemical and plastic factory at the right side. After the chemical factory there's a camp of the workers and just before the street continue to the main street there's a small fish factory. You have to leave the asphalt road in front of this fish factory to the unpave road and just right side of it you can see the steel gate to the hotel. The only hotel in this area. If you not familiar with the area will be difficult to find the place. Hans was several time went there until finally he found the hotel. To drive from Tripoli needs around one and half hour to reach this village with avarage speed 120km per hour. The hotel is small but okey, avarage standard hotel with Libyan style. It is clean and quite, people are friendly. We love the Libyan food they have for dinner. It just standard Libyan food but taste good and you will get full menu, salad, soup, main dish couscous with haruf and fish, and after a bowl of apples and bananas.


The live looks very simple there. Before the dusk come women and kids chilled out at the beach. In the morning people are working, kids going to school and women stay in the house. The village is very quite during day time. Nothing special in this village except the wind. I think this village is the most windiest place in Libya and almost a whole year you can go for windsurf and kitesurf, in any direction of the wind. Summer and winter. 'When we are not able to windsurf in any other place in Libya we always can windsurf there', that's what Hans said.

Corner part of the lagoon the water is too shallow and we have to walk far until reach the deeper water. So the starting place for windsurf and kitesurf is in front of the factory camp. The lagoon has flat water and at the starting place the water only waist deep. Because the water is not deep and it is so flat so it is perferct for somebody start learning kitesurfing. It has big sandy open area at the beach for launching the kite. The lagoon it self also long and wide so tens of kiters will not make the water become crowded. It also perfect for windsurf. And for the storm chaser it is also the right place. One time we was in Farwa during winter time I was not able to windsurf there. The wind blowing so strong more than 20 knots. Everything is blown away, the beach chairs, the food, putting the beach umbrella is a mission imposible. My other problem is the water so cold. I have 3.5 mm wetsuit which is good enough but when the finger is frosting it is so difficult to hold anything.


April to June we have good wind in Tripoli specially Regatta thats why we don't like to drive far to windsurf. But July in Tripoli not much windy days we have very few really good wind so we start thinking to go Farwa where always wind. Now it is the third time for me to go there for windsurf. It was a week ago. We checked our windguru and it said that for our weekend at Friday the wind will be around 12 knots and as usual the summer thermic wind start around 2 pm. In Friday morning we check once again the weather forecast we compare windguru and windfinder, it showed almost the same prediction. So we pack our car with some of our equipment including beach matt and chair, then at 12 am we left the house. Driving is easy on Friday and normally the street is always quite, people are going to the mosque or just stay at home. Before 2 pm we arrived, we could feel that the wind already coming, we made reservation in the hotel and then heading direct to the beach after. At 2 pm the wind start picked up and when after we finished put out all the equipment from the car the wind is reach avarage of 14 knots. Stronger than what we expecting. The wind was picked up more but I am not measured it again. I just take a rest when the wind getting stronger and I was over power. We were 3 cars, 3 windsurfer and 2 kiters. I had a good time with my 5.8 m sail and 120L board. What I like most from this trip is, we can stay late up to 8 pm and I have not to cook after. Because the nice dinner is ready for us. I haven't any picture during windsurf because when we are all in the water nobody taking pictures.

Sport is culture,...olah raga adalah budaya

Usai sudah gegap gempita Piala Dunia 2010. Orang-orang Indonesia yang pecinta bola hanya sebagai outsider, hanya bisa jadi penonton dan belum jadi bagian dari kemeriahan itu. Kita sibuk menilai team Spanyol yang setelah tiga generasi akhirnya mampu memboyong Piala Dunia. Kita sibuk menganalisa kenapa team Jerman begitu solid dan kompak. Tapi kita tidak mencari tahu kenapa kita tidak bisa ambil bagian dalam event olah raga sepak bola seperti Piala Dunia ini. Negara sekecil Uruguay dengan jumlah populsai penduduknya yang tidak lebih dari 5 persennya jumlah populasi penduduk Indonesia mampu menyajikan sepak bola cantik dan bersanding dengan kekuatan yang sama dengan team hebat Jerman, Spanyol dan Belanda di empat besar.

Keseharian penduduk suatu negara dan kesibukannya akan tercermin dalam kegiatan-kegiatan perlombaan. Olah raga adalah bagian dari seni budaya sebuah bangsa. Maka bagi kita memimpikan untuk memboyong Piala Dunia ke Indonesia hanyalah mimpi seekor pungguk yang merindukan bulan. Terlalu tinggi jauh di awang-awang. Tidak akan pernah Piala Dunia itu tersentuh tangan pemain bola Indonesia,
SELAMA, olah raga terutama sepak bola bukan jadi keseharian kita. Saluran televisi kita menyajikan 24 hours sepak bola didalam siarannya pun tidak akan bisa mengubah kita menjadi pemain bola yang handal jika kita tidak pernah berada di lapangan bola untuk berlari-lari, jika kita tidak pernah menendang bola, jika kita tidak pernah berkeringat menggiring bola melewati lawan-lawan yang menghadang, jika kita tidak pernah berhasil membawa bola kedepan gawang dan mencetak gol dalam qualifikasi. Apalagi siaran sepak bola yang bagus selalu disiarkan lewat tengah malam dan siaran iklan sponsornya lebih banyak daripada siaran sepak bolanya. Tidak akan pernah ada anak-anak yang mempunyai skill olah raga jika kita menyuruh anak-anak kita hanya diam di rumah menonton TV, bermain play station, bermain handphone dan chatting dengan Facebook setiap hari setiap saat. Hanya karena para bapak lebih suka bermain golf dan para ibu ingin sibuk sendiri reuni dengan teman-teman lama dan malas menjaga anak-anak saat bermain di luar rumah.

Masih ada dalam ingatanku waktu sekolah dulu. Banyak dari teman-teman sekolahku yang selalu menghindari mata pelajaran olah raga di sekolah. Masih untung kalau mereka tidak madol alias cabut dari sekolah dan membolos saat jam pelajaran olah raga. Terutama untuk pelajaran olah raga yang tidak mereka sukai seperti atletik dan lari cross country keliling area sekolah. Mereka berusaha untuk mencari jalan memotong yang sesingkat mungkin sehingga tidak perlu berlari jauh. Teman-teman wanita dengan alasan menstruasi tidak ikut pelajaran olah raga. Senam pagi seminggu sekali kalau bisa sih datang terlambat supaya tidak usah ikut senam pagi. Yang mereka suka hanya olah raga Bola Basket dan Bola Volley. Yang tidak bisa Basket dan Volley ya hanya jadi penonton. Aku suka olah raga renang tapi di SMA tempatku sekolah tidak ada pelajaran olahraga renang. Guru olah raga tidak mengajarkan sepak bola karena tidak ada lapangan yang cukup lebar untuk bermain sepak bola. Bagi kita mata pelajaran olah raga hanya pelajaran ringan dan sampingan untuk sekedar menambah nilai bukanlah mata pelajaran sepenting pelajaran matematika.

Kenapa kita punya banyak pemain bulu tangkis yang hebat tapi kebanyakan adalah warga keturunan China. Bisa kita lihat bahwa keseharian orang-orang Indonesia keturunan China memang menyukai olah raga. Kenapa bulu tangkis? Karena olah raga ini murah, raketnya murah, shuttle cock-nya juga murah. Bisa main dimana saja selama ada lawan mainnya. Mereka berlatih setiap saat untuk kesehatan badan maupun kesenangan tanpa peduli apakah akan menjadi atlit atau tidak. Dari sekian banyak tentu saja akan muncul seseorang yang paling hebat untuk menjadi atlit. Maka jelas bahwa olah raga adalah budaya dan keseharian. Tidak bisa dibentuk secara instan. Pendidikan melalui Football Academy, belajar tiga tahun terus langsung jadi pemain bola handal, sungguh bikin perutku sakit karena terlalu keras tertawa.

Nah kalau kita berharap suatu saat kita bisa membawa Piala Dunia Sepak Bola ke Indonesia ya kita harus menjadikan olah raga sepak bola sebagai keseharian kita. Biarkan anak-anak berlari-lari di lapangan. Jangan belikan mereka play station atau handphone untuk chatting. Cegah mereka berdiam diri di dalam kamar dengan games dan play station. Biarkan mereka berkotor-kotor dengan tanah. Biarkan mereka keluar rumah dan jangan sedih kalau kulit mereka menjadi coklat dan dekil karena sering bermandi matahari. Berikan mereka kaos dan celana pendek serta bola sepak. Ajarkan mereka cara menendang bola yang benar dan tidak mencederai. Ajarkan bermain dengan adil dan fair, tidak berkelahi adu jotos apalagi tawuran hanya karena kalah bermain. Berikan makanan sehat dan bergizi agar tubuh mereka tumbuh sehat dan kuat. Semua bukan dengan keharusan bahwa mereka akan jadi olahragawan dan pemain bola. Hanya untuk kesenangan dan menjaga kesehatan. Dari jutaan anak-anak yang bermain bola maka akan muncul beberapa yang hebat. Dari yang hebat-hebat itu baru bisa di-asah melalui pendidikan semacam Football Academy untuk belajar lebih mendalam ataupun juga membayar mahal pelatih dari luar.


Olah raga adalah budaya. Setelah tiga generasi dengan budaya olah raga dan terutama bermain bola sepak, kita bisa berharap bahwa suatu saat kita akan bisa memboyong Piala Dunia.

Thursday, May 20, 2010

Ayo kurangi sampah kantong plastik....karena bikin susah yang windsurfing.




Tempat windsurfing yang paling bagus di Denpasar adalah di pantai Timur Serangan tapi sayang lautnya penuh sampah. TPA Suwung semakin hari semakin tinggi saja timbunan sampahnya. Setiap habis air pasang semakin banyak sampah yang terbawa dari TPA Suwung ke Pantai Serangan. Sebenarnya antara TPA Suwung dengan pantai Timur Serangan itu lumayan jauh. Dan TPA Suwung berada di sebelah Barat kalau dari pulau Serangan.

TPA Suwung berada di wilayah Denpasar Selatan dan Pantai Timur Serangan di Pulau Serangan. Saat ini Pulau Serangan sudah terhubung dengan Denpasar dengan adanya jembatan penghubung. Meski sudah tidak lagi nampak nyata selat diantara Denpasar dan pulau Serangan karena ada jembatan diatasnya tapi perairan di Serangan masih terhubung dengan perairan di daerah Suwung. Pada saat air pasang air membawa sebagian sampah-sampah ke arah kanal di pantai Timur Serangan. Selain itu saluran drainase kota Denpasarpun juga terhubung dengan kanal Serangan.

Yang paling menyebalkan adalah kalau kita lagi windsurfing saat angin sedang bagus dan kita meluncur dengan kecepatan tinggi tiba-tiba fin kita kandas tersangkut sampah plastik yang melayang-layang di permukaan air. Untung kalau tidak terlempar jatuh, catapult, akibat berhenti secara tiba-tiba pada saat kecepatan tinggi.

Sebenarnya bukan TPA Suwungnya yang saya akan persoalkan karena memang susah untuk mencari tempat lain selain di Suwung untuk membuat TPA. Yang jadi pemikiran saya adalah bagaimana agar sampah di TPA Suwung tidak semakin tinggi saja tumpukannya. Dan agar saluran drainase tidak dipenuhi sampah.

Saya ingin memberikan ide dan sumbang saran lewat tulisan ini bagaimana agar mengurangi sampah-sampah kantong plastik terutama di Bali dan Denpasar khususnya, agar windsurfing di Serangan menjadi lebih nyaman. Pantai Timur Serangan ini pantas untuk dijadikan pusat olah raga windsurfing apalagi waktu pelaksanaan Asian Beach Games yang pertama di Bali, cabang olah raga berlayar semua juga dilaksanakan di Serangan.

Saya ingat dulu waktu kecil waktu kami tinggal di Balikpapan kalau ibu saya pergi belanja ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari ibu selalu membawa keranjang yang terbuat dari bahan rotan berbentuk oval. Waktu saya sempat tinggal sebentar di Austria beberapa tahun yang lalu saya lihat orang-orang di Austria masih menggunakan keranjang seperti itu saat belanja seperti kehidupan di Balikpapan puluhan tahun yang lalu. Yang saya lihat di German yang lebih maju dari Austriapun kebiasaannya seperti itu. Di Indonesia sendiri sudah tidak jaman lagi orang belanja ke pasar membawa keranjang belanja.

Yang saya ingat lagi dari masa jadul kalau belanja-an tidak terlalu banyak ibu membawa "kompek" yaitu keranjang yang terbuat dari anyaman daun pandan. Untuk mengingatkan kembali tas daun pandan ini secara offensive orang-orang di Balikpapan sering juga menyebutnya "kompek mbutun". Mbutun asal kata Buton. Entah kenapa disebut begitu, entah karena tas itu style orang Buton atau orang-orang Buton yang membuat tas anyaman tersebut. Mungkin karena sering jadi bahan ledekan orang-orang tidak lagi mau belanja menggunakan "kompek" ini padahal ini termasuk bio bag (Hebat kan? orang Buton)

Sementara untuk belanjaan sedikit di Eropa orang memakai kantong dari bahan belacu. Yang ini sudah mulai diterapkan di beberapa supermarket besar di Indonesia meskipun masih banyak juga orang yang tidak mau rugi membeli tas bahan belacu ini. Kenapa mesti beli bio bag kalau bisa dapat kantong plastik, gratis lagi, begitu kira-kira keadaannya.

Baiklah saya berpikir positif saja bahwa sudah banyak orang yang menggunakan bio bag dari supermarket. Saya juga mengusahakan selalu bawa bio bag kalau belanja. Tapi masih ada lagi persoalan kantong plastik saat belanja meskipun banyak orang sudah pakai bio bag. Setiap beli buah dikantongin plastik sendiri untuk menimbang. Beli sayuran juga pakai kantong plastik. Beli telur juga kantong plastik. Beli ikan, daging dan ayam, kalau ini bolehlah pakai kantong plastik. Tapi buah dan sayuran sebenarnya tidak perlu, kalau mau bungkus sayuran bisa pakai kertas merang (kertas sederhana dari bahan sisa serat padi). Begitu juga untuk tempat telur bisa pakai kertas bergelombang lancip-lancip dari kertas recycle yang biasa buat tempat telur.

Nah supaya belanja tidak harus semua diplastik sendiri-sendiri tempat menimbang buah dan sayuran sebenarnya bisa dipasang di dekat kasir. Kasir langsung menimbang sayuran yang diambil dan datanya langsung masuk komputer pembayaran kasir. Sistem inilah yang digunakan di supermarket dekat tempat saya tinggal di Austria, tidak semua diplastik-plastik sendiri-sendiri.

Nah sampah yang lebih banyak yang saya lihat di Serangan ini sebenarnya sampah dari pembungkus sabun, detergen, dan produk-produk cairan berupa kantong refill. Siapa bilang system refill ini ramah lingkungan. Refill ini diterapkan untuk menekan cost agar harga barang terjangkau bukan karena ramah lingkungan. Nyatanya kantong-kantong plastik untuk refill ini memang tidak ramah lingkungan. Lihat saja tidak ada keterangan pada kantong-kantong tersebut apa jenis plastiknya, tidak ada kode PP untuk plastik Polypropylene, PE untuk Polyethylene atau PET untuk Polyester dll. dan juga tidak ada kode recycled. Sementara kalau kita membeli dengan kemasan aslinya maka jelas sekali semua kode recycle dan jenis plastik ada tertera.

Maka sebaiknya penggunaan system refill ini tidak boleh lagi. Kalau mau menekan cost bisa saja dilakukan cara untuk pembelian selanjutnya maka bila mengembalikan kemasan sebelumnya akan mendapatkan potongan harga. System seperti ini juga diterapkan dalam pembelian botol minuman. Bahkan di Eropa sistem pengembalian kemasan saat ini diterapkan juga pada minuman Coca-Cola dalam kemasan kaleng aluminium. Di Singapore pemulung dengan sigap memungut kaleng minuman ringan setiap saat kita minum di kaki lima. Apa salahnya kalau botol shampoo juga dilakukan sistem kembali botol. Begitu juga dengan kemasan cairan pembersih. Jadi pembeli hanya membayar produk cairannya saja.

Seperti saya jelaskan sebelumnya pembungkus detergen juga termasuk sampah yang banyak di perairan Serangan. Dulu detergen dibungkus dengan kemasan box karton tapi sekarang tidak lagi. Ada yang menggunakan kemasan karton tapi dalamnya juga digunakan kantong plastik. Kalau mampu beli detergen dalam jumlah banyak sekaligus maka sebaiknya belilah dalam ukuran yang besar jangan membeli ukuran sachet kecil-kecil karena sampah yang ditimbulkan jadi lebih banyak dengan membeli bungkusan kecil-kecil itu.

Dan hampir sama banyaknya dengan kantong detergen adalah sampah kantong plastik pembungkus mie instan dan makanan ringan, potatoes chips, ketela chips, dan lain-lain. Duh bagaimana ya menguranginya? Mungkin ada yang mau bantu memikirkan?........

Friday, May 14, 2010

Friday, 7 May 2010


Sanur-Bali, Friday 7 may 2010.

We went to the beach not far from our shop, we’d to visit our friends which run a windsurf
rental called Ocean Cowboy. It was about 1 o’clock, there’s a light wind 6-8 knots, just
perfect for learning. We saw nobody likes to go in the water. A learning board that Pedro
has just laying in the sand, in front of the desk counter. Okey, let’s spend little bit to
rent our friend's board Hans said. He is not a “light wind” surfer anymore but he likes to
animating people to go in the water. That’s we always do as well in Tripoli-Libya.

As usual many windsurfer are just waiting to the others to go in the water when the wind
less than 10 knots. They are already windsurfing since long that they think they know
everything about windsurfing. Some of them even don’t know how to jibe. And as usual then
the beginner also will do the same, they think if the more "advance" sailor not go in the
water then they should not go as well. That’s why it always necessary to find somebody to
become a volunteer to start jump in the water first.

Phillip, the boy in Ocean Cowboy rigs the 6.5 m sail and preparing a Starboard Go for Hans
then little bit later there ‘s an Irish guy start to rig up his sail too. He is not yet go
in the water but at least he is interested in to go in the water. And after Hans playing
with the Go and played with the little sail he took, did some duck jibe, clew first and also
some stupid thing, few minute later two beginner ladies started as well.

About 2 hours later the wind pick up and the tide not much down. Hans gave back the Go and
used his own Lorch board and 7.8m North rig. And finally more and more people in the water,
windsurfers and kiters. Until the sun went down the wind still blowing steady around 12-14
knots we just didn’t have light for night surfing. BUT It was a wonderful day for the
windsurfer. And remember: Be a volunteer, need somebody to start in light wind condition,
help the beginner to learn more because there’s a lot of things to learn in windsurfing and
always something to learn.

Wednesday, April 21, 2010

TIPS: MEMBELI PERALATAN WINDSURFING

Hingga saat ini riset dan penelitian terus dilakukan untuk membuat peralatan windsurf yang
semakin baik. Jaman sekarang belajar windsurf tidaklah sesulit masa 20 tahun yang lalu.
Sekarang ini board yang dibuat untuk belajar semakin stabil sehingga semakin mudah untuk
mendapatkan keseimbangan saat berdiri diatas papan selancarnya.

Sementara rig atau perlengkapan layar termasuk tiang dan boomnya juga semakin ringan sehingga siapapun bisa menggunakannya, anak-anak, remaja, dewasa, maupun yang sudah tua sekalipun. Berbagai peralatan tambahan diciptakan dengan tujuan mempermudah dan mempercepat kita mempelajarinya.

Tipe board dan rig semakin banyak, semakin banyak pilihan menyesuaikan style, gaya dan tingkat kemampuan seseorang. Mulai dari yang benar-benar pemula, intermediate, advance hingga untuk seseorang yang sudah mempunyai skill sangat tinggi yang sering melakukan berbagai gerakan dan trik-trik yang ekstreem.

Sesudah mulai mengenal dan mempelajari olah raga windsurfing selanjutnya adalah membeli
peralatan sendiri. Peralatan seperti apa yang akan kita beli? Banyak terjadi orang membeli
peralatan berdasarkan keinginan bukan berdasarkan tingkat kemampuan. Akibatnya peralatan yang sudah anda beli mahal hanya teronggok memenuhi garasi dan diselimuti debu menanti suatu saat anda akan bisa menggunakannya. Bagaimana agar tidak membuang uang percuma untuk seperangkat peralatan windsurfing yang tidak bisa anda pakai.

Pastikan bahwa tempat dimana anda membeli peralatan windsurfing dapat menunjukkan peralatan yang paling sesuai dengan level dan skill yang anda miliki. Peralatan yang benar-benar anda butuhkan, yang bisa anda gunakan pada saat sekarang namun selain itu juga dapat membuat anda meningkatkan kemampuan dan skill anda pada level yang lebih tinggi. Tentu saja tempat dimana anda membeli peralatan tersebut haruslah mempunyai tenaga penjual yang memiliki kredibilitas untuk membicarakan kebutuhan anda dan bisa memberikan saran yang tepat.

Tuesday, April 20, 2010

Things to do in Bali



Sanur windsurfing:

*BLUEOASIS Beach Club has facilities: Lesson center, rental and gear storage
Location: Inside Sanur Beach Hotel compound.

*OCEAN COWBOY has facilities: Rental and gear storage
Location: Mertasari beach, 5 minutes walk from Mercure Hotel.

*SASHA’s WINDSURFING has facilities: Lesson center and rental
Location: 5 minutes walk from Museum Le Mayeur.

*JOHN’s WINDSURFING has facilities : Rental
Location: Karang beasch Sanur beside Villa Shanti

*PORLASI Bali has facilities: Lesson center and rental
Location: Kesuma Sari Beach

Sunday, March 28, 2010

Old sail


Beberapa hari lalu kita menemukan sebuah layar lama pemberian dari teman.

Ada seorang kenalan dari Inggris yang bilang layar tua bisa jadi mahal harganya karena nilai historisnya....bahkan ada yang mau menukar sebuah layar lama merek Neil Pryde dengan satu set rig model paling baru komplet.

Suami saya jadi ingat bahwa dia punya sebuah layar tua pemberian dari teman yang nganggur di garasi. Kebetulan weekend lalu tidak ada kegiatan, karena tidak ada angin dan tidak ada windsurfing. Jadilah kita bongkar-bongkar garasi.

Ketemu sebuah layar lama itu. Tapi apakah ini layar yang dicari-cari orang dan koleksi yang berharga mahal? Kita nggak tahu.

Berikut ini foto detail layar, tulisan spesifikasinya (Foto 1) dan tanda tangan yang di print pada layar (Foto 2). Nama tersebut adalah salah satu celeb windsurfer jadul.


Foto 1. Spesifikasi

Foto 2. Designer layar

Monday, March 22, 2010

Skinny Mast

Trend mast sekarang beralih ke skinny atau RDM (reduced diameter).
Sebenarnya sudah cukup lama sejak skinny mast diperkenalkan pertama kali, saya sendiri tidak punya data tahun persisnya tapi hingga saat ini masih belum semua orang beralih ke skinny, kecuali para Pro. Alasannya diantaranya adalah kalau mengganti mast-nya dengan model skinny berarti juga mengganti aksesoris lain seperti extension dan boom, bahkan juga mast base dan mast foot, tentunya tidak murah untuk melengkapi itu semua sekaligus.

Alasan tersebut berlaku juga terhadap kami. Namun saat ini kami berusaha menabung dan mulai sedikit demi sedikit mengganti peralatan yang kami miliki. Pertama layar yang kami miliki sudah mulai uzur, bahan plastik untuk layar makin tua saat termakan UV light. Sehingga kami juga harus mengganti dengan layar yang baru. Layar keluaran baru semakin sensitif performancenya apabila tuning rig-nya tidak sesuai. Jadi yang saya maksudkan disini layar-layar tipe baru mempunyai tuntutan mast dan boom yang sesuai untuk mendapatkan performance terbaik.

Untuk layar-layar baru kami, kami membeli dua skinny mast 4 m dan 4.3 m plus 2 mast extension. Masalah boom dapat teratasi dengan menambah adaptor sehingga boom lama masih bisa dipakai dengan skinny mast. Seperti yang saya sebutkan diatas kadang kita harus mengganti juga mast base untuk penggunaan RDM atau skinny mast ini. Seperti kasus yang terjadi dengan kami, kami membeli 2 buah extension, satu terbuat dari alloy dan satu lagi full carbon. Ternyata mast extension full carbon kami ini hanya bisa menggunakan mast foot dengan 'pin' yang pendek. Sementara yang biasa kami gunakan model dengan 'pin' yang panjang.

Ini adalah hal yang perlu jadi perhatian saat membeli mast extension untuk menanyakan pada penjualnya model pin yang sesuai. Jangan sampai terjadi mast extension yang dibeli tidak bisa dipakai karena lubang pin yang tidak sesuai. Kecuali memang berniat untuk sekalian mengganti mast foot-nya. Kejadian pada kami tidak terlalu fatal karena kita mempunyai cadangan mast foot dengan short pin. Bayangkan kalau hanya memiliki satu saja saja. Apalagi kalau peralatan belinya jauh di luar negeri.


Mast foof dengan pin panjang

Ada perbedaan yang menyolok sekali saat menggunakan skinny mast dibanding menggunakan Standard Diameter (SD) mast.

Sebelumnya saya lebih sering menggunakan mast berbentuk 'drop shape' disamping standard diameter. Drop shape ini juga termasuk teknologi yang baru, muncul bersamaan saat skinny trend muncul. Drop shape ini adalah produk lain yang ditawarkan untuk mendapatkan RDM mast tanpa mengganti seluruh aksesoris. Bagian atas dari mast lebih langsing namun bagian bawah sama seperti SD mast, sehingga SD mast extension masih bisa digunakan.

Pengalaman yang saya alami saat menggunakan skinny mast adalah kemudahan yang menyolok sekali saat rigging dan un-rigging. Dan dengan sangat mudah mast mengisi bagian sleeve-nya sampai ke bagian cap-nya. Kalau biasanya saya harus selalu dibantu para pria untuk down haul-nya pada saat menggunakan si skinny saya bisa melakukan sendiri dengan 'pully' tool untuk down haul tanpa harus menggunakan special trimmer tool yang ternyata juga tidak mudah. Ini kelebihan skinny yang pertama.


Gb. Down haul tools biasa

Kelebihan yang lain, sifting layar 3 kali lebih cepat dibanding menggunakan drop shape mast saya yang sebenarnya juga sudah termasuk reduced diameter. Karena shifting lebih cepat sehingga gerakan manouver jadi lebih stabil dan exit saat tacking dan jibe jadi lebih cepat. Sehingga meski drop shape mast saya lebih ringan dibandingkan dengan skinny mast yang saya punya sekarang tapi saya lebih merasa confident menggunakan skinny.

Note: Foto ilustrasi menyusul ya...., sedang dipersiapkan....

Tuesday, March 2, 2010

KOMUNITAS WINDSURFER

Meski saya memperkenalkan diri sebagai Bali windsurfer tapi saat ini sebenarnya saya tidak sepenuhnya tinggal di Bali. Bali hanyalah salah satu rumah bagi kami. Rumah kami yang lain berada ribuan kilometer dari Bali menyeberangi benua dan samudera. Tepatnya berada di sekitar laut Mediteran. Banyak spot-spot windsurfing di kawasan Mediteran, dan windsurfing ini salah satu olah raga yang sangat umum bagi sebagian orang seperti halnya olah raga surfing, selam, mancing, badminton, tenis, golf atau bersepeda gunung bagi orang Indonesia.

Disini kami mengenal lumayan banyak juga orang-orang yang suka dengan olah raga selancar angin, atau karena tempat sosialisasi kebanyakan pendatang disini adalah di pantai "Regatta", maka banyak bertemu dengan orang-orang dengan minat yang sama, entahlah. Karena ada beberapa orang maka kami membentuk semacam komunitas sendiri, informal club, dan kami selalu berhubungan setiap saat. Sekedar memberikan info keadaan cuaca atau membicarakan 'forecast' (ramalan cuaca), alat-alat keluaran baru, dan berkumpul saat week end. Juga kebersamaan dalam bagaimana menangani apabila diantara kami ada yang memiliki masalah dengan peralatan yang rusak. Hingga piknik bareng mencoba spot-spot yang tidak biasa di luar kota saat long week end.

Yang paling kita rasakan manfaatnya adalah kita selalu melakukan aktifitas bersama-sama. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain melakukan windsurfing bersama-sama dalam sebuah kelompok. No matter in which level you are. Tidak masalah, apakah seseorang adalah 'new bie' yang baru pertama kali memutuskan untuk mulai berselancar, atau intermediate, advance bahkan atlit sekalipun. Disini bahkan kita saling berbagi dalam mempelajari tekhnik windsurf dan trik-trik tertentu. Dan seperti kata orang kalau ada dua saja windsurfer di air and the race begin. Karenanya kita selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Secara tidak langsung kita terpacu untuk semakin meningkatkan kemampuan masing-masing.

Di Bali, rumah kedua kami, kami mengenal lumayan banyak windsurfer, tapi 99% windsurfer yang kita kenal bukanlah hobbiest, melainkan atlit, atau pengelola tempat-tempat persewaan yang tersebar di sepanjang pantai Sanur dan Geger beach-Nusa Dua. Saat ini saya mencoba mencari kenalan-kenalan baru melalui 'Facebook', berharap kami juga mempunyai komunitas yang sama seperti halnya disini.

Tuesday, February 23, 2010

Kenapa pilih 'funboard' dan kenapa pilih 'old school'

Sebenarnya istilah 'funboard' ini sudah jarang dipakai. Tapi baiklah karena di Indonesia masih dipakai untuk membedakan windsurf sebagai olah raga rekreasi dengan windsurf yang biasa diperlombakan dalam even olah raga layar, maka saya masih memakai istilah ini dalam tulisan-tulisan artikel saya di blog ini.

Di luar sana, maksud saya di negara-negara selain Indonesia, windsurfer atau peselancar angin kebanyakan menggunakan jenis boards funboard, karena 'more action', lebih ekstrem, lebih radikal, dan kalau dulu pertama kali olah raga ini diciptakan kita hanya mengenal gerakan manuver 'tacking' dan 'jibing' sekarang ini ada puluhan gaya dan trik diciptakan.

Istilah-istilah baru bermunculan terutama untuk gerakan-gerakan dan trik dari para freestyler. Namanya aneh-aneh bisa bikin lidah belibet sampai susah mengingatnya. Tidak cuma bikin belibet di lidah tapi juga bikin belibet untuk mempelajarinya. Yang bisa saya sebutkan cuma gerakan 'jumping' seperti front loop, back loop, double loop, table top, sementara untuk trik-trik freestyle ada duck jibe (gerakan ini termasuk yang muncul diawal-awal), spook, helicopter, helicopter tack.

Dan bukan cuma gerakan-gerakan dan trik-trik yang berkembang pesat tapi juga berbagai macam tipe boards diciptakan untuk mendukung itu semua. Boards yang dipakai sekarang juga semakin ringan dan semakin ringkas. Dari yang single fin, double, triple hingga quadriple. Rigs semakin ringan dan mast juga kalau dulu kala berupa one piece kemudian jadi two pieces sekarang bahkan ada yang dibuat three pieces. Semakin memudahkan untuk dibawa kemana-mana for chasing the storm. Sementara gaya dan style dalam funboardpun mulai diperlombakan secara serius. Karenanya funboard bukanlah lagi sekedar untuk fun dan rekreasi semata tapi menjadi suatu cabang olah raga serious dan ekstrem.

Di Indonesia dalam hal ini kita tertinggal sangat jauh. Kita masih terbelakang kita masih menganggap funboard adalah 'just for fun' dan saya hanya berharap bahwa ditahun-tahun mendatang akan lebih berkembang. Satu mimpi kami, saya dan suami adalah membeli satu alat 'new academy' untuk men-support dan mengajarkan pada anak-anak 10 sampai 15 tahun apa itu windsurf. Menjauhkan mereka dari mall dan membawa mereka ketepi pantai. Membuat kulit mereka 'nice tanned and glowing' dan 'look healthy'. Karena semakin awal mereka mengenal windsurf maka semakin baik, dari merekalah harapan munculnya ekstremist windsurf.


Saturday, February 20, 2010

On the "Search"


Judul artikel kali ini mencontek judul video yang dibuat oleh Björn Dunkerbeck. Kalau Dunkie keliling dunia termasuk Indonesia untuk mencari spot-spot windsurfing maka kita cukup keliling pulau Bali dulu. Perjalanan ini kami lakukan tahun 2009 lalu. Sebenarnya Bali Windsurf Safari ini sudah lama kita cita-citakan tapi niatan itu baru terlaksana bulan September tahun kemarin.

Di Indonesia atau lebih tepatnya di Bali, para windsurfer umumnya untuk windsurfing hanya pergi ke satu tempat saja, kalau ikut dalam pertandingan baru mereka berada di tempat lain. Jadi tidak banyak spot-spot yang mereka tahu. Kalau kita tanya pada windsurfer lokal dimana spot-spot yang bagus di Bali untuk windsurf maka mereka jawabnya ya tempat mereka biasa windsurf lah yang bagus.

Kalau hanya satu tempat saja yang kita tawarkan pada teman-teman dekat windsurf kami (atau mungkin juga turis lain), kami pikir tidak akan menarik, karena setelah menempuh 20 jam lebih penerbangan teman-teman kami tentunya ingin melihat Bali sebanyak-banyaknya selama kunjungannya, bukan cuma satu tempat saja. Dan jika mereka windsurfer tentunya sekaligus windsurfing sebanyak-banyaknya. Ide inilah yang membawa kita untuk mencari spot-spot lain di Pulau Bali selain Sanur, Serangan, Nusa Dua, Tuban dan Jimbaran.

Pada waktu itu kita berkeliling melewati jalan yang melingkari pulau Bali dari Denpasar ke arah Padang Bai, Amed, Kubu Tambahan, Singaraja hingga ke Pemuteran. Perjalanan berlangsung selama 3 hari 2 malam. Kita bermalam di Amed dan bermalam di Pemuteran pada malam kedua. Kita tidak lanjutkan ke arah Gilimanuk tapi kemudian berbalik ke arah Singaraja dan kembali ke Denpasar. Karena kita dapatkan bahwa sepertinya kita tidak berada pada bulan yang tepat, pesisir utara Bali tidak berangin pada masa akhir musim panas.

Kapan bulan-bulan terbaik untuk datang ke Bali untuk windsurfing, sementara ini yang baru kita tahu adalah July - Agustus untuk saat angin Timur dengan lokasi Sanur dan Serangan. Desember - January untuk musim angin Barat dengan lokasi sekitar airport Ngurah Rai yaitu Tuban beach dan Jimbaran.

Sunday, January 31, 2010

Windsurf Karier


Ada 2 jalur karier yang berbeda dalam olah raga selancar angin. Kalau ingin menjadi atlit nasional maka ikutilah kejuaraan yang dilaksanakan dibawah bendera ISAF (Sailing Federation) tapi ada lagi jalur alternatif lain yang lebih banyak diminati oleh hobbiest seluruh dunia, yaitu yang di Indonesia sering disebut Funboard Windsurf. Kejuaran untuk Funboard dilaksanakan dibawah bendera organisasi PWA = Professional Windsurf Association.

Kebanyakan windsurfer di Indonesia bergabung dengan Porlasi. Dan sementara ini belum ada kumpulan atau organisasi yang mewadahi para hobbiest untuk Funboard. Saat ini Indonesia juga belum mempunyai seorang profesional windsurf yang berlaga diajang World Champion yang dilaksanakan oleh PWA. Sebagai Funboard Windsurf hobbiest saya ingin sekali mengajak pembaca blog ini yang suka Windsurf Funboard untuk bergabung membentuk organisasi semacam Windsurf Club Indonesia untuk mengembangkan Funboard Windsurf di Indonesia. Bersama-sama kita menularkan hobby windsurf dengan harapan suatu saat ada orang Indonesia yang berlaga di ajang PWA.

Sebagai informasi, kejuaran yang diselenggarakan ISAF pada umumnya adalah One Design alias semua peserta menggunakan jenis board dan layar yang sama. Kelas-kelas dalam kejuaraan oleh ISAF di Indonesia OD Mistral, RSX (formula boards), dan untuk remaja menggunakan Bic (merek) Techno 293 dengan layar 6.8 m dan 7.8 m.

Kejuaraan World Champion dari PWA mempunyai kelas yang berbeda dengan kejuaraan yang diselenggarakan dibawah ISAF. PWA menyelenggarakan kejuaraan windsurf untuk kelas Slalom, Freestyle, Super Cross, Wave dan Wave Freestyle. Sementara yang paling spesial adalah pencapaian speed record. Material (Boards dan rigs) berbeda dan setiap peserta mempunyai pilihan yang seluas-luasnya. Kejuaraan selalu diadakan di most exotic beach in the world seperti contohnya Maui-Hawaii atau Fuerteventura-Spain. Dan seseorang yang jadi juara tentunya hadiah uang, sponsor outfit, boards, sails dan banyak lagi. Bagaimana? Tentunya sangat menantang kan untuk para hobbiest?.

Thursday, January 28, 2010

Dari Kompas dot com

http://olahraga.kompas.com/read/2010/01/25/18115369/Sabang.Tuan.Rumah.Kejurnas.Layar

Berita tersebut mengenai penunjukan Sabang sebagai penyelenggara olah raga air pada bulan Maret 2010. Ada yang menggelitik sanubari saya yaitu komentar dari Bapak Irmawan S. Sos Ketua Umum PB Porlasi Pengprov Banda Aceh.
Dia mengatakan: "Seharusnya layar menjadi unggulan daerah karena hampir seluruh wilayah Aceh dikelilingi laut, tapi kenyataannya remaja kita belum banyak yang menggeluti olah raga air itu".

Jangankan olah raga layar seperti Catamaran, Laser, dan Dinghy, olah raga seperti windsurfing (selancar angin) yang paling sederhana saja peralatannya susah didapat di Indonesia ini. Pengalaman yang saya alami untuk mendatangkan sparepart windsurfing ini dikenai bea masuk yang tinggi masih ditambah dengan PPNBM alias Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah. Kalau dihitung-hitung ongkosnya bisa lebih dari 100% nilai barangnya.

PORLASI ini sudah berdiri sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu tapi sepertinya pengurus-pengurusnya cuma 'OmDo' alias omong doang. Tidak ada perkembangan olah raga layar yang berhasil diwujudkan. Terutama windsurfing. Saat ini Oka Sulaksana yang sudah 39 tahun, lumayan uzur untuk jadi atlit windsurf, tapi masih terus diandalkan untuk Asian Games mendatang, karena belum ada penggantinya. Begitu susahnya mencari 2 atau 3 lagi windsurfer yang bisa diandalkan dari 240 juta penduduk Indonesia. Sementara 70% wilayahnya adalah lautan dan olah raga layar bisa dilakukan dimanapun di seluruh wilayah Indonesia.

Selayaknya olah raga layar jadi olah raga unggulan rakyat Indonesia. Persoalan sebenarnya bukanlah dari manusianya yang tidak mau menggeluti jenis olah raga ini. Banyak tapi komitmen untuk membelanjakan uangnya bagi peralatan windsurf pada strata sosial menengah tidak ada. Sementara bagi mereka yang berada di kelas menengah atas sebagai windsurfer bukan penampilan yang ingin mereka tunjukkan, dengan kulit legam terbakar matahari, rambut kusam karena terendam air asin setiap saat. Mereka ingin tampak putih, bersih dan berkilau. Orang Indonesia waktu remaja mungkin bersedia olah raga apa saja tapi begitu menjadi dewasa dan menjadi orang kaya maka mereka beralih untuk menggeluti olah raga Golf. Jadi kenyataan di Indonesia ini tidak ada orang kaya yang mau meluangkan waktu untuk olah raga layar apalagi windsurfing.

Solusi agar olah raga air bisa memasyarakat adalah jangan lagi import peralatan olah raga air ini sebagai obyek pajak yang dikenai pajak barang mewah sehingga bisa terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. Masalahnya kita ini belum bisa membuat sendiri peralatannya. Selain itu pada kenyataannya orang-orang yang menggeluti olah raga air terutama windsurfing di Indonesia ini adalah orang-orang biasa.

Wednesday, January 27, 2010

Surfer of the year 2009


Tahun ini kembali Björn Dunkerbeck terpilih sebagai salah satu 'surfer of the year'.

Sekalian saya memajang foto bersama Dunkie 3 tahun lalu pada sebuah acara Boot di Düsseldorf. Rasanya 'gimana gitu'..., berhasil bertemu 'face to face' dengan windsurfer top dunia seperti Dunkie ini.

Tuesday, January 26, 2010

1st day windsurfing (bagaimana memulai windsurf)

1st day windsurfing (bagaimana memulai windsurf)

Only for New Bie, start windsurfing

Only for New Bie, start windsurfing

Windsurfing Bali


Dimana di Bali kita bisa melakukan windsurfing?

Saat ini windsurfing di Bali terkonsentrasi di sekitar Sanur area. Dari pantai Mertasari di ujung Selatan Sanur atau nama daerah sebenarnya adalah Semawang, sampai dengan di bagian Utara Sanur di pantai Matahari Terbit (dekat Inna Grand Bali Beach).

Karena adanya coral reef di lepas pantai Sanur menyebabkan pantai Sanur tidak berombak besar. Tempat ini sangat sempurna untuk pemula, tidak berombak, ketinggian air tidak dalam dan arus kearah pantai. Dari informasi yang saya peroleh dari para windsurfer di Bali dan tempat-tempat persewaan, kondisi angin terbaik adalah pada bulan Juli, Agustus.

Saya sendiri pernah berada di Bali pada bulan Juli dan kondisi memang bagus pada bulan tersebut. Saya rasakan sendiri angin konstan dari arah Timur yang cukup besar. Saat ini saya belum pernah melakukan pengukuran dengan alat pengukur kecepatan angin untuk memberikan data yang lebih akurat.

Pada bulan-bulan lainnya bukan berarti kita tidak dapat melakukan windsurfing di situ. Bisa juga tapi kekuatan angin tidak sebesar angin pada bulan Juli. Inilah keuntungannya untuk orang-orang yang baru belajar atau bahkan baru pertama kali mengenal windsurf.

Kekurangan dari lokasi di sekitar Sanur ini ialah untuk orang yang levelnya sudah lebih dari beginner, adanya pasang surut air laut. Selain angin musiman pada musim panas Juli-Agustus juga terjadi thermic wind di bulan-bulan lainnya yang cukup bagus. Tapi sayang thermic wind di kawasan Sanur ini meningkat justru pada saat air mulai surut.

Pada saat surut maka muka air jadi sangat rendah, terlalu rendah untuk fin selancar angin. Ketinggian muka air bahkan kurang dari 30 cm dan dasar pantai di penuhi karang-karang dan dipenuhi seaweed bukan berupa pasir. Maka tempat ini tidak lagi ideal atau kita akan kehilangan fin pada saat tengah berselancar. Pada kondisi ini maka yang terbaik adalah melakukan windsurfing di pantai Pulau Serangan. Posisi pantai ini tepat berseberangan dengan Semawang.

Pulau Serangan ini lebih dikenal sebagai Turtle Island karena dulu sering dijadikan tempat mendaratnya kura-kura untuk menebar telur. Kemudian dengan adanya tempat penyelamatan anak kura-kura tersebut. Namun sejak Tommy Soeharto me-reklamasi pulau tersebut dan menjadikan luas pulau tiga kali lebih besar maka kura-kura tidak lagi pernah singgah ke pulau itu. Pulau Seranganpun saat ini sudah terhubung dengan jalan dengan kota Denpasar Selatan.

Tempat yang baik untuk melakukan windsurf di pulau Serangan adalah di pantai Timur. Bisa di capai melalui desa Serangan atau melalui gate security di depan jalan unpave. Saat ini di depan gerbang security sedang dibangun patung kura-kura raksasa sehingga mudah untuk menemukannya. Ikuti jalan tanah tersebut terus ke arah Timur maka akan sampai di pantai berpasir putih yang dipenuhi karang dan coral-coral yang sudah mati. Pantainya sendiri juga terbentuk seluruhnya dari coral yang digunakan saat mereklamasi.

Pantai Timur di pulau Serangan ini adalah milik Tommy Soeharto jadi bersikap baiklah dengan petugas keamanan yang menjaga disana maka tidak masalah untuk melakukan windsurfing di pantai tersebut. Karena tanahnya adalah milik pribadi bukan milik pemerintah dan milik umum maka saat melakukan windsurfing disitu kita harus membawa peralatan sendiri berikut bekal. Tidak ada tempat persewaan, tidak ada fasilitas apapun, warung penjual minuman maupun makanan.

Tempat lain yang cukup bagus untuk melakukan windsurfing adalah Semenanjung Nusa Dua. Sayang sekali tempat tersebut dipenuhi perahu-perahu motor. Kegiatan water sport yang menggunakan motor seperti jetski dan tempat hiburan berupa parasailing dan banana boat. Tempat ini terlalu simpang siur masih ditambah lagi dengan adanya tali-tali penambat perahu. Lupakan saja. Pergi saja ke arah Selatan ke pantai bernama Geger Beach dekat dengan Golf Sawangan.

Baru-baru ini saya menemukan bahwa ternyata Tuban Beach, daerah dekat dengan Airport Ngurah Rai adalah tempat yang juga sangat bagus. Saya baru menemukannya karena baru akhir-akhir ini saya memeriksa pantai tersebut. Hal ini terjadi saat saya berkunjung ke Discovery Mall. Wind sack yang dipasang di Discovery Mall menunjukan kondisi angin. Saya dibuat tercengang dengan kondisi angin pada waktu itu. Mulailah saya menyusuri pantai dari Discovery Mall ke arah Selatan menuju Tuban dan Airport untuk memastikannya. Ternyata pada saat angin Barat tempat ini sempurna sekali.