Thursday, July 29, 2010

Setelah Sail Banda 2010 lalu bagaimana?

Saya benar-benar iri dengan pebisnis windsurfing di Brazil. Pemerintah Brazil men-support habis-habisan pendirian windsurf center di wilayah pantai bagian utara negara tersebut. Demi untuk mengundang lebih banyak wisatawan datang ke Amerika bagian Selatan terutama Brazil. Dan sepanjang pantai di bagian Utara Brazil saat ini tumbuh subur banyak sekali windsurf center yang besar. Foto-foto kegiatan windsurfing dan videonya muncul dalam iklan-iklan wisata mereka, "Brazil is calling". Mereka membagi-bagikan secara gratis video windsurfing dari spot-spot windsurf di Jericoacoara dan Icaraizinho kepada pembeli majalah-majalah windsurf (yg berarti pecinta windsurf) di Benua Eropa.

Saya bukan cuma sangat iri dengan keadaan di Brazil tapi juga saya iri dengan keadaan di Mesir. Lihat saja sepanjang pantai Timur wilayah Mesir di kawasan laut Merah dipenuhi dengan windsurf center. Dan jumlah turis yang datang ke Mesir berlipat-lipat jumlahnya dibandingkan dengan yang datang ke Indonesia. Mereka bukan datang karena cuma ingin lihat Pyramid tapi karena adanya fasilitas liburan wisata bahari yang ada di sepanjang laut Merah dari lembah Sinai hingga ke ujung paling Selatan wilayah Mesir. Pyramid saya sudah lihat dan kalau dibanding dengan candi Borobudur kurang lebih sama. Seni dan art Mesir memang menarik tapi seni dan art Indonesia juga sama menariknya. Keindahan laut Merah, biota lautnya juga sama dengan biota laut yang ada di Indonesia karena sama-sama dari laut Tropis. Malah pantai-pantai yang ada di Indonesia lebih eksotis. Bukan cuma itu, perilaku orang Indonesia juga jauh lebih baik dari orang Mesir. Permasalahannya bukan kita kurang promosi wisata, dari jaman penjajahan, jaman kolonial, semua orang tahu keindahan Indonesia, pulau-pulaunya, pantai-pantainya, sungai, gunung, hutan dan rimbanya orang membayangkan seperti itu lah surga, karenanya mereka rela berlayar jauh hingga ke Maluku dan mati-matian berperang mempertahankan pengaruh mereka di Nusantara.

Sejak saya mulai memutuskan bersama suami memulai bisnis windsurfing yang ada kaitannya dengan kegiatan pariwisata bahari kita melihat kenyataan bahwa hambatan yang utama ada di orang-orang dalam pemerintahan, undang-undang yang berlaku, birokrat dan pembuat undang-undang. Semua itu hambatan yang paling besar sementara di atas panggung pemerintah berakting layaknya mereka mempunyai keinginan yang sama seperti kita berkeinginan untuk kemajuan bangsa ini dan kemajuan wisata bahari khususnya. Kenyataan yang ada dilapangan sangat bertolak belakang dengan propaganda yang dibuat oleh pemerintah. Tidak ada keinginan yang sungguh-sungguh dalam elemen pemerintahan (masyarakat yang ada dan duduk dalam pemerintahan) untuk mewujudkan visi dan cita-cita bangsa. Mereka tidak punya visi atau mereka menjadi linglung saat mulai menempati kursi tinggi, jabatan tertentu, pos-pos tertentu dalam sebuah lembaga pemerintahan, dan mereka terkesima melihat bahwa mereka berada pada posisi yang bisa bergelimang harta. Mereka mempertahankan kedudukan dan posisi itu mati-matian bukan menerapkan pengetahuan yang mereka punya untuk membentuk sebuah system yang membangun seluruh bangsa tetapi membentuk system yang kuat untuk kepentingan diri mereka sendiri.

Seperti kita tahu Departemen Pariwisata saat ini menyelenggarakan Sail Banda 2010, mengeluarkan dana besar untuk itu, promosi wisata bahari, promosi wilayah Indonesia bagian Timur, katanya. Tujuannya promosi apa? Hanya untuk : Ini loh ada kegiatan berlayar dengan kapal-kapal layar, orang-orang berdatangan dari luar negeri yang katanya dari 19 negara bersama dengan ratusan kapal-kapal layar mereka berlayar dari Darwin menuju Banda, nonton tari-tarian dan makan-makanan orang Maluku? Hanya sampai disitu? Bentuk wisata bahari seperti apa yang orang-orang pemerintah itu mau sebenarnya? Kegiatan Sail Banda 2010 bukanlah satu-satunya dan pertama kali kegiatan promosi sailing yang pernah dilakukan pemerintah karena sebelumnya ada Sail Bunaken 2009 dan banyak kegiatan berjudul Sail-Sail lain-lainnya.

Windsurfing, adalah olah raga yang dilakukan di air dengan sebilah papan dan layar yang tertancap. Ini adalah kegiatan berlayar di kasta yang paling rendah dari berlayar di jaman modern ini. Coba lah cari fin bagian paling penting dari papan windsurfing yang sering kali rusak atau hilang atau bahkan seutas tali harness atau satu buah baut stainless steel yang sesuai untuk memperbaiki peralatan windsurfing, adakah tersedia di toko di Indonesia? Yang saya tahu itu cuma ada di toko kami di Bali. Orang-orang di pemerintahan, Presiden, para Menteri, Menteri Pariwisata, Menteri Kelautan, tidak ada yang tahu betapa sengsaranya lahir dan bathin kami untuk bisa mendirikan toko kami itu, yang kami kira bisa menjadi pendukung utama salah satu dari elemen wisata bahari. Dan yang kami kira bisa menjadi pendukung bagi windsurf center di Indonesia. Dan saya kira yang menderita bukan cuma saya pemilik toko windsurfing tapi seluruh tempat rental yang ada di Bali bahkan mungkin seluruh Indonesia Timur kalau ada. Dengan berbagai macam penderitaan karena tidak adanya dukungan dari elemen pemerintahan maupun undang-undang yang ada. Terus dana besar untuk penyelenggaraan promosi wisata bahari bernama Sail Banda 2010 dan Sail lain-lain itu untuk apa? Jika untuk mengembangkan elemen paling kecil saja kami kembang kempis dan harus bertarung dengan kebijakan dan undang-undang yang siap menerkam dan mematikan usaha kami.

Semoga tulisan unek-unek ini bisa membawa kita pecinta windsurfing dan pebisnis windsurfing di Indonesia berjalan kearah yang lebih baik. Semoga dengan adanya Sail Banda 2010 dan dana besar yang dikeluarkan untuk penyelenggaraannya yang saya manfaatkan momentnya untuk menyampaikan unek-unek ini memang bermanfaat bagi industri wisata bahari seperti yang dicita-citakan.