Saturday, March 21, 2015

Bodensee

Kalau ada kesempatan pulang ke kampung suami di Austria maka tidak ketinggalan untuk juga jalan-jalan ke daerah sekitar Bodensee. Mulai dari Bregenz terus keliling sampai di wilayah German bagian Selatan, Lindau, Friedrichsaffen, Meersburg hingga Constanz.

Bodensee in windy Summer Time


Bodensee in Winter Time

Nama lain Bodensee ialah Constanz lake atau dalam bahasa Indonesia Danau Constanz. Danau terbesar di daratan Eropa. Kapal-kapal berbagai jenis dan berbagai ukuran lalu lalang di tengah danau saat liburan musim panas. Sementara saat musim dingin kapal-kapal dikandangkan dan parkir di tempat-tempat untuk dilakukan perbaikan dan service.

Foto-foto di bawah adalah salah satu tempat parkir dan service untuk perawatan yacht, leisure boat dan sailing boat di kota Lindau. Speechless kalau lihat tempat itu. Rapi, bersih, dan betapa lengkapnya fasilitas disana.

Boat Park and Service Area, Lindau - Germany



Area Bodensee itu hanya sebesar upil kalau dibandingkan dengan laut Nusantara. Tapi kapal-kapal yacht, sailing boat dan leisure boat yang hilir mudik dan berumah di sana ratusan kali lipat jumlahnya. Industri perkapalannya sangat maju. Kita orang Indonesia harus banyak berguru ke negara German untuk industri perkapalan.


Thursday, March 19, 2015

Serangan Port, Bali Marina

The view of Serangan harbor from Mertasari Beach

Di Serangan Bali kapal-kapal layar phinisi seperti di gambar atas, datang dan pergi, mengelilingi seluruh Indonesia, bahkan juga ke negara-negara tetangga seperti Singapore, Malaysia, Maldives dan lain-lain.

Semakin hari semakin banyak kapal mooring di perairan Serangan, Pulau Seranganpun semakin hari semakin marak dengan berbagai fasilitas. Inilah salah satu yang juga menginspirasi kenapa aku memunculkan tulisan-tulisan tentang berbagai marina di luar negeri yang pernah aku sambangi. Untuk bisa menginspirasi kita-kita bagaimana membuat sebuah pelabuhan yang lebih beradab. Bukan untuk kepentingan dari pemilik kapal, melainkan menjadikan manfaat untuk lebih banyak orang. 

Phinisi Indonesian Luxury Sailing Yacht at Serangan Harbor

Pulau Serangan biarpun kecil tapi sebenarnya sangat unik, hanya dengan perencanaan dan penataan yang lebih baik maka pulau ini bisa menjadi atraksi wisata baru di Bali. Dan menjadi rumah bagi kapal-kapal layar pesiar dan yacht.

Pelabuhan Benoa Bali



Entah siapa pemilik kapal Super Yacht mewah, cantik dan mahal ini. Suatu hari kapal berbendera Union Jack ini sandar di Pelabuhan Benoa Bali. Tidak banyak orang yang bisa sekedar melihat dan mengaguminya, karena kapal ini berlabuh dan sandar di salah satu sudut pelabuhan. Tempat dimana container-container ditumpuk. Pemilik kapal dan crew yang menjalankan kapal ini pasti tidak segan-segan untuk keluar uang untuk sekedar duduk-duduk di cafetaria, menikmati kopi Bali, ikan bakar dengan sambal matak khas Bali. Membeli sayuran hijau segar, bawang dan bumbu-bumbu, coca-cola, beer, air mineral, toilet paper dan berbagai suplai untuk bekal perjalanan selanjutnya. Seandainya kita memikirkan mengambil manfaat yang lebih besar dari orang-orang yang mempunyai akses besar pada uang untuk masyarakat lokal, bukan cuma pajak dan sewa tempat untuk sebuah kapal bersandar.

Marina di Lübeck, Germany

Masih tema pelabuhan marina untuk sailing boat dan yacht. Sebenarnya inspirasi mengumpulkan berbagai catatan tentang hal ini karena memang pada dasarnya mencintai dunia kemaritiman juga disebabkan oleh semangat maritim yang saat ini sedang gaungkan pemerintahan Jokowi. Untuk pariwisata bahari Presiden Jokowi sesumbar akan membangun 50 buah pelabuhan yacht di seluruh Indonesia. Benar nggak ya? Kita lihat saja nanti. 

Aku akan coba buat catatan-catatan kecil tentang marina-marina yang pernah aku lihat dan aku kunjungi. Siapa tahu ada yang sedang mencari-cari inspirasi bagaimana membuat dan merencanakan layout sebuah pelabuhan kapal layar dan yacht pada suatu wilayah. Kali ini tentang kota Lübeck di Utara German. 



Meskipun kota ini merupakan destinasi wisata di wilayah German bagian Utara, juga dipenuhi dengan landmark-landmark bangunan kuno yang menarik dan atraktif seharusnya banyak yang bisa diceritakan. Tapi tidak banyak informasi yang bisa aku sampaikan tentang Lübeck, selain situasi bagaimana mereka menempatkan kapal-kapal, sailing boat dan yacht yang berlabuh. Pada saat berkesempatan ke sana tidak fokus untuk mencari tahu sejarahnya jadi hanya sekedar melihat kotanya dan tempat kapal-kapal berlabuh.

Lübeck Center Island

Pusat kota Lübeck ini sebenarnya tidak berhadapan langsung dengan laut lepas, posisinya hanya cukup dekat dengan Laut Utara bagian Timur atau sering disebut East Sea. Kota Lübeck center berada di sebuah sungai besar, dan pusat kotanya berada pada sebuah delta sehingga pusat kota dikelilingi oleh kanal-kanal.


Untuk menghindari ganasnya ombak di laut Utara maka kapal-kapal membutuhkan tempat sandar yang relatif aman dan berair tenang. Maka kapal-kapal di Laut Utara itu lebih sering masuk jauh lebih ke dalam ke perairan sungai. Mungkin itu sebabnya Lübeck tumbuh menjadi kota pelabuhan.

Meskipun pelabuhan kecil, Lübeck terhubung dengan jalur laut Utara. Tata kota yang rapi mempertimbangkan kebutuhan kapal-kapal berlabuh dengan baik di sekitar kanal. Pulau Lübeck dikelilingi jalanan dibagian tepinya. Sangat mudah mengelilingi kota sepanjang jalan ini. Sebagian besar tepian pulau dibuat dinding penahan tegak dan kapal-kapal sandar berjajar di sepanjang dinding tepiannya.





Kapal-kapal yang lebih kecil ditempatkan di pelabuhan tersendiri dan diberikan pier dan jembatan yang terapung. Sehingga turun dan naik ke atas kapal lebih mudah.
Sementara kapal-kapal layar yang cukup tinggi dapat langsung sandar di sepanjang tepian sungai. Ada beberapa kapal-kapal layar dari kayu yang sudah sangat tua dan antik berjajar di salah satu sisi, mungkin ini koleksi yang sengaja disimpan. Menunjukkan sejarah panjang Lübeck sebagai kota pelabuhan.


Pulau Lübeck modern menuntut untuk terhubung dengan daratan dengan jembatan-jembatan di atas kanal-kanalnya. Lalu bagaimana kapal-kapal bisa masuk dan keluar dari dan ke laut lepas sementara kapal-kapal itu cukup tinggi dan sailing boat memiliki mast atau tiang layar yang cukup tinggi untuk melalui jembatan-jembatan yang ada. Maka dibuatlah jembatan gantung yang dapat dibuka tutup. Salah satunya yang terekam dalam foto di bawah ini.



Wednesday, March 18, 2015

Port El Kantaoui, Tunisia

Port El Kantaoui

Maaf kalau sedikit berubah haluan isi dari blog ini. Kali ini saya lagi 'in the mood' dengan tempat-tempat sandar kapal-kapal layar dan yacht. Tapi tetap tidak jauh-jauh dengan yang namanya air dan laut.

Kesempatan berkunjung ke Port El Kantaoui aku alami pada tahun 2014 lalu. Saat berada di Tunisia dalam rangka menjaga suamiku di rumah sakit. Tidak banyak kesempatan 'sight seeing' selama di Tunisia namanya juga nungguin orang sakit. Apalagi sakit suamiku tergolong cukup parah, kanker sumsum tulang belakang. Bahagia rasanya berkesempatan pergi ke Port El Kantaoui syukur Alhamdulillah saat itu suami sudah lebih baik kondisinya, sudah dapat duduk tegak, makan di atas meja sendiri dan tidak disuapin.

View dari salah satu cafetaria

Port El Kantaoui terletak di wilayah Hammam - Sousse, berjarak lebih kurang 10 kilometer dari Sousse Center. Kota Sousse adalah sebutan yang diberikan orang Perancis. Kalau dalam bahasa Arab disebutnya Susah. Tapi orang Tunisia sendiri lebih suka sebutan ala Perancis.

Kota Sousse terletak dibagian Timur Tunisia dan berada di tepian laut Mediteranian. Merupakan destinasi wisata karena hamparan berkilo-kilo meter pantai dengan pasir putih. Wisatawan berdatangan dari berbagai penjuru, dari Eropa, Rusia dan negara-negara tetangga Tunisia seperti Maroko, Aljazair dan Libya. Kunjungan wisatawan merupakan sumber kehidupan bangsa Tunisia, untuk itu infrastruktur untuk industri wisata dipersiapkan dengan baik. Termasuk pelabuhan marina untuk sandar kapal-kapal layar pesiar dan yacht.

Berbeda dengan destinasi wisata Tunisia yang berupa landmark bangunan kuno masa-masa lalu dan destinasi wisata budaya, Port El Kantaoui ini sebenarnya merupakan landmark yang relatif baru dibuat. Tempatnya terletak di tengah-tengah wilayah Hammam - Sousse. Wilayah Hammam - Sousse ini sendiri sering juga disebut orang sana sebagai Touristic Village. Sekitarnya di sepanjang tepi pantai berpasir putih berdiri hotel-hotel, villa-villa dan apartemen-apartemen sewa.




Restaurant apung berupa replika kapal bangsa Phoenician

Port El Kantaoui ini bukan saja sekedar tempat sandar kapal-kapal layar pesiar dan yacht tapi juga menjadi tempat 'hang out'. Konsep yang dibuat untuk tempat ini benar-benar menarik. Di dalam pelabuhan marina ini juga tersedia tempat menginap, cafetaria, restaurant, toko dan lapak-lapak penjual souvenir. Pada akhirnya tempat ini bukan hanya sebagai fasilitas untuk pemilik kapal tapi juga orang-orang yang sekedar pengen cuci mata lihat kapal-kapal yacht, duduk-duduk santai menikmati sinar matahari dan udara terbuka tepi pantai, atau menikmati makan dan minum.

Salah satu restaurant di dalam area pelabuhan

Lapak atau angkringan penjual makanan ringan