Thursday, April 14, 2011

Harga sebuah papan selancar angin

Setiap orang yang hobi windsurfing tahu betapa mahalnya peralatan untuk windsurfing, dan orang yang nonwindsurfer ketika mengunjungi toko windsurfing kami akan berkomentar : 'waahhh harganya....' dan dengan ekspresi penuh tanda tanya, mungkin membayangkan keuntungan yang didapat dari penjualan sebuah papan selancar angin.

Tapi tahukah bahwa keuntungan terbesar dari harga sebuah papan selancar angin yang dijual di Indonesia atau setidaknya yang ada di toko kami itu justru masuk pada kas negara, pajak-pajak, Pajak Pertambahan nilai 10 %, Pajak Barang Mewah 30%, masih ditambah Pajak Penghasilan 15% yang sudah harus dilunasi sebelum barang keluar dari Pabean/Bea Cukai.

Pembuat (produsen), perusahaan yang berada di luar negeri, yang berpikir keras untuk menciptakan suatu barang, membuat design, dan yang kemudian memproduksi-nya, semua harus menekan harga serendah mungkin agar harga terjangkau oleh pemakai, sementara penjual dan stockist seperti kami adalah orang yang penuh mimpi dan berani mati, menyediakan barang laku atau tidak.

Jika bahan bakunya banyak tersedia di dalam negeri kami sangat maklum pajak-pajak setinggi langit yang diberlakukan saat import barang jadi dari negara lain. Tapi pada kenyataannya tidak ada industri di dalam negeri yang memproduksi barang peralatan windsurfing. Ketidak tersediaan bahan baku bukan hisapan jempol atau cerita kosong, kami mengadakan penelitan dan berniat untuk memproduksi sendiri papan selancar angin agar bisa terjangkau oleh masyarakat dan kenyataannya mencari bahan-bahan yang sesuai sebagian besar tidak tersedia di pasaran.

Melihat kenyataan ini pajak-pajak yang diterapkan dengan alasan untuk memproteksi industri dalam negeri tidaklah tepat. Industri mana yang diproteksi? Industri barang jadinya tidak ada. Mau produksi tidak ada bahan bakunya, sebagian besar tidak diproduksi di dalam negeri. Jadi alasan proteksi hanyalah sebuah alasan untuk mengeruk uang dari masyarakat dengan tatanan ekonomi dan tata niaga yang tidak adil.