Thursday, January 28, 2010

Dari Kompas dot com

http://olahraga.kompas.com/read/2010/01/25/18115369/Sabang.Tuan.Rumah.Kejurnas.Layar

Berita tersebut mengenai penunjukan Sabang sebagai penyelenggara olah raga air pada bulan Maret 2010. Ada yang menggelitik sanubari saya yaitu komentar dari Bapak Irmawan S. Sos Ketua Umum PB Porlasi Pengprov Banda Aceh.
Dia mengatakan: "Seharusnya layar menjadi unggulan daerah karena hampir seluruh wilayah Aceh dikelilingi laut, tapi kenyataannya remaja kita belum banyak yang menggeluti olah raga air itu".

Jangankan olah raga layar seperti Catamaran, Laser, dan Dinghy, olah raga seperti windsurfing (selancar angin) yang paling sederhana saja peralatannya susah didapat di Indonesia ini. Pengalaman yang saya alami untuk mendatangkan sparepart windsurfing ini dikenai bea masuk yang tinggi masih ditambah dengan PPNBM alias Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah. Kalau dihitung-hitung ongkosnya bisa lebih dari 100% nilai barangnya.

PORLASI ini sudah berdiri sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu tapi sepertinya pengurus-pengurusnya cuma 'OmDo' alias omong doang. Tidak ada perkembangan olah raga layar yang berhasil diwujudkan. Terutama windsurfing. Saat ini Oka Sulaksana yang sudah 39 tahun, lumayan uzur untuk jadi atlit windsurf, tapi masih terus diandalkan untuk Asian Games mendatang, karena belum ada penggantinya. Begitu susahnya mencari 2 atau 3 lagi windsurfer yang bisa diandalkan dari 240 juta penduduk Indonesia. Sementara 70% wilayahnya adalah lautan dan olah raga layar bisa dilakukan dimanapun di seluruh wilayah Indonesia.

Selayaknya olah raga layar jadi olah raga unggulan rakyat Indonesia. Persoalan sebenarnya bukanlah dari manusianya yang tidak mau menggeluti jenis olah raga ini. Banyak tapi komitmen untuk membelanjakan uangnya bagi peralatan windsurf pada strata sosial menengah tidak ada. Sementara bagi mereka yang berada di kelas menengah atas sebagai windsurfer bukan penampilan yang ingin mereka tunjukkan, dengan kulit legam terbakar matahari, rambut kusam karena terendam air asin setiap saat. Mereka ingin tampak putih, bersih dan berkilau. Orang Indonesia waktu remaja mungkin bersedia olah raga apa saja tapi begitu menjadi dewasa dan menjadi orang kaya maka mereka beralih untuk menggeluti olah raga Golf. Jadi kenyataan di Indonesia ini tidak ada orang kaya yang mau meluangkan waktu untuk olah raga layar apalagi windsurfing.

Solusi agar olah raga air bisa memasyarakat adalah jangan lagi import peralatan olah raga air ini sebagai obyek pajak yang dikenai pajak barang mewah sehingga bisa terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. Masalahnya kita ini belum bisa membuat sendiri peralatannya. Selain itu pada kenyataannya orang-orang yang menggeluti olah raga air terutama windsurfing di Indonesia ini adalah orang-orang biasa.

No comments:

Post a Comment