Wisata Bahari. Pasti semua setuju kalau kata ‘wisata’ ini bermakna sebuah kegiatan bersenang-senang saat liburan menikmati sebuah kegiatan diluar kegiatan keseharian dan bekerja, sementara kata ‘bahari ‘ bermakna semua bidang ke-maritiman dan kelautan. Sehingga kata wisata bahari bisa bermakna bersenang-senang di atas laut, di dalam laut atau di sekitar laut. Banyak cara ber-wisata dan bersenang-senang menikmati keindahan alam di sekitar laut, Windsurfing atau selancar angin adalah salah satunya.
Bila kita ingin mengembangkan windsurfing sebagai bagian dari marine tourisme maka kita harus mengembangkan windsurfing lebih luas bukan hanya mengacu pada olah raga sailing atau berlayar. Apakah ini berarti windsurfing harus keluar dari cabang olah raga layar dan membelot dari pakemnya? Salah besar. Tidak sama sekali, justru gagasan saya adalah mengembangkannya seluas-luasnya dari yang selama ini kita ikuti, sejalan dengan perkembangan windsurfing yang terjadi di dunia.
Menempatkannya dalam wadah organisasi lama atau wadah organisasi baru sebenarnya bukanlah masalah utama yang jadi penghalang berkembangnya windsurfing. Wadah bukanlah persoalan yang seharusnya menjadi penghalang. Persoalan yang sebenarnya yang kita hadapi dalam perkembangan windsurfing di Indonesia adalah keterkaitannya dalam kebijakan-kebijakan ekonomi negara, keuangan, perdagangan, perpajakan, investasi modal asing dan sebagainya. Dimana peraturan pemerintah dan perundang-undangan sangat sering dipergunakan secara sepihak oleh penguasa dan orang-orang yang berkepentingan untuk memperkaya dirinya sendiri dan kelompoknya (banyak kejahatan terorganisir dalam tubuh pemerintahan) sehingga sangat menyakitkan pelaku usaha dan menghambat tumbuh kembangnya bidang-bidang yang khusus didalam masyarakat.
Memang jika ada wadah organisasinya maka kepentingan kelompok dapat diperjuangkan. Mampukah Porlasi yang sekarang ini mewadahi windsurfing untuk jadi corong komunitas windsurfing? mengingat keberadaannya dikasta yang paling rendah dibandingkan dengan bentuk olah raga layar yang lain. Sementara itu juga keadaan di Indonesia untuk kegiatan tourisme windsurfing masih jadi pelengkap sarana sementara di banyak negara-negara yang mengandalkan kehidupan mereka dari tourisme mereka sudah mengolah kegiatan windsurfing ini sebagai bentuk dari tourisme dengan minat khusus. Menjualnya dalam satu kemasan berbentuk paket wisata.
Sebagai contoh seorang peminat windsurfing ingin melakukan liburan dengan aktifitas windsurfing pada lokasi tertentu. Orang tersebut menghubungi sebuah agen wisata dengan spesialisasi menjual paket wisata windsurfing. Agen tersebut akan mengatur semua kebutuhan perjalan wisata orang tersebut. Mengatur booking tiket menuju lokasi tersebut, mengatur hotel dan penginapan yang dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu, berikut menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan dalam melakukan aktifitas yang diinginkan. Jadi sekali lagi maksudnya dalam satu kemasan paket berarti mulai dari penginapan akomodasi, peralatan windsurfing, dan lokasi berikut transportasi.
My site is about windsurfing in Indonesia, my windsurf spot, my windsurf travel, to share some windsurf tips, my though about my country from windsurfer point of view
Showing posts with label Porlasi. Show all posts
Showing posts with label Porlasi. Show all posts
Tuesday, August 3, 2010
Sunday, January 31, 2010
Windsurf Karier

Ada 2 jalur karier yang berbeda dalam olah raga selancar angin. Kalau ingin menjadi atlit nasional maka ikutilah kejuaraan yang dilaksanakan dibawah bendera ISAF (Sailing Federation) tapi ada lagi jalur alternatif lain yang lebih banyak diminati oleh hobbiest seluruh dunia, yaitu yang di Indonesia sering disebut Funboard Windsurf. Kejuaran untuk Funboard dilaksanakan dibawah bendera organisasi PWA = Professional Windsurf Association.
Kebanyakan windsurfer di Indonesia bergabung dengan Porlasi. Dan sementara ini belum ada kumpulan atau organisasi yang mewadahi para hobbiest untuk Funboard. Saat ini Indonesia juga belum mempunyai seorang profesional windsurf yang berlaga diajang World Champion yang dilaksanakan oleh PWA. Sebagai Funboard Windsurf hobbiest saya ingin sekali mengajak pembaca blog ini yang suka Windsurf Funboard untuk bergabung membentuk organisasi semacam Windsurf Club Indonesia untuk mengembangkan Funboard Windsurf di Indonesia. Bersama-sama kita menularkan hobby windsurf dengan harapan suatu saat ada orang Indonesia yang berlaga di ajang PWA.
Sebagai informasi, kejuaran yang diselenggarakan ISAF pada umumnya adalah One Design alias semua peserta menggunakan jenis board dan layar yang sama. Kelas-kelas dalam kejuaraan oleh ISAF di Indonesia OD Mistral, RSX (formula boards), dan untuk remaja menggunakan Bic (merek) Techno 293 dengan layar 6.8 m dan 7.8 m.
Kejuaraan World Champion dari PWA mempunyai kelas yang berbeda dengan kejuaraan yang diselenggarakan dibawah ISAF. PWA menyelenggarakan kejuaraan windsurf untuk kelas Slalom, Freestyle, Super Cross, Wave dan Wave Freestyle. Sementara yang paling spesial adalah pencapaian speed record. Material (Boards dan rigs) berbeda dan setiap peserta mempunyai pilihan yang seluas-luasnya. Kejuaraan selalu diadakan di most exotic beach in the world seperti contohnya Maui-Hawaii atau Fuerteventura-Spain. Dan seseorang yang jadi juara tentunya hadiah uang, sponsor outfit, boards, sails dan banyak lagi. Bagaimana? Tentunya sangat menantang kan untuk para hobbiest?.
Thursday, January 28, 2010
Dari Kompas dot com
http://olahraga.kompas.com/read/2010/01/25/18115369/Sabang.Tuan.Rumah.Kejurnas.Layar
Berita tersebut mengenai penunjukan Sabang sebagai penyelenggara olah raga air pada bulan Maret 2010. Ada yang menggelitik sanubari saya yaitu komentar dari Bapak Irmawan S. Sos Ketua Umum PB Porlasi Pengprov Banda Aceh.
Dia mengatakan: "Seharusnya layar menjadi unggulan daerah karena hampir seluruh wilayah Aceh dikelilingi laut, tapi kenyataannya remaja kita belum banyak yang menggeluti olah raga air itu".
Jangankan olah raga layar seperti Catamaran, Laser, dan Dinghy, olah raga seperti windsurfing (selancar angin) yang paling sederhana saja peralatannya susah didapat di Indonesia ini. Pengalaman yang saya alami untuk mendatangkan sparepart windsurfing ini dikenai bea masuk yang tinggi masih ditambah dengan PPNBM alias Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah. Kalau dihitung-hitung ongkosnya bisa lebih dari 100% nilai barangnya.
PORLASI ini sudah berdiri sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu tapi sepertinya pengurus-pengurusnya cuma 'OmDo' alias omong doang. Tidak ada perkembangan olah raga layar yang berhasil diwujudkan. Terutama windsurfing. Saat ini Oka Sulaksana yang sudah 39 tahun, lumayan uzur untuk jadi atlit windsurf, tapi masih terus diandalkan untuk Asian Games mendatang, karena belum ada penggantinya. Begitu susahnya mencari 2 atau 3 lagi windsurfer yang bisa diandalkan dari 240 juta penduduk Indonesia. Sementara 70% wilayahnya adalah lautan dan olah raga layar bisa dilakukan dimanapun di seluruh wilayah Indonesia.
Selayaknya olah raga layar jadi olah raga unggulan rakyat Indonesia. Persoalan sebenarnya bukanlah dari manusianya yang tidak mau menggeluti jenis olah raga ini. Banyak tapi komitmen untuk membelanjakan uangnya bagi peralatan windsurf pada strata sosial menengah tidak ada. Sementara bagi mereka yang berada di kelas menengah atas sebagai windsurfer bukan penampilan yang ingin mereka tunjukkan, dengan kulit legam terbakar matahari, rambut kusam karena terendam air asin setiap saat. Mereka ingin tampak putih, bersih dan berkilau. Orang Indonesia waktu remaja mungkin bersedia olah raga apa saja tapi begitu menjadi dewasa dan menjadi orang kaya maka mereka beralih untuk menggeluti olah raga Golf. Jadi kenyataan di Indonesia ini tidak ada orang kaya yang mau meluangkan waktu untuk olah raga layar apalagi windsurfing.
Solusi agar olah raga air bisa memasyarakat adalah jangan lagi import peralatan olah raga air ini sebagai obyek pajak yang dikenai pajak barang mewah sehingga bisa terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. Masalahnya kita ini belum bisa membuat sendiri peralatannya. Selain itu pada kenyataannya orang-orang yang menggeluti olah raga air terutama windsurfing di Indonesia ini adalah orang-orang biasa.
Berita tersebut mengenai penunjukan Sabang sebagai penyelenggara olah raga air pada bulan Maret 2010. Ada yang menggelitik sanubari saya yaitu komentar dari Bapak Irmawan S. Sos Ketua Umum PB Porlasi Pengprov Banda Aceh.
Dia mengatakan: "Seharusnya layar menjadi unggulan daerah karena hampir seluruh wilayah Aceh dikelilingi laut, tapi kenyataannya remaja kita belum banyak yang menggeluti olah raga air itu".
Jangankan olah raga layar seperti Catamaran, Laser, dan Dinghy, olah raga seperti windsurfing (selancar angin) yang paling sederhana saja peralatannya susah didapat di Indonesia ini. Pengalaman yang saya alami untuk mendatangkan sparepart windsurfing ini dikenai bea masuk yang tinggi masih ditambah dengan PPNBM alias Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah. Kalau dihitung-hitung ongkosnya bisa lebih dari 100% nilai barangnya.
PORLASI ini sudah berdiri sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu tapi sepertinya pengurus-pengurusnya cuma 'OmDo' alias omong doang. Tidak ada perkembangan olah raga layar yang berhasil diwujudkan. Terutama windsurfing. Saat ini Oka Sulaksana yang sudah 39 tahun, lumayan uzur untuk jadi atlit windsurf, tapi masih terus diandalkan untuk Asian Games mendatang, karena belum ada penggantinya. Begitu susahnya mencari 2 atau 3 lagi windsurfer yang bisa diandalkan dari 240 juta penduduk Indonesia. Sementara 70% wilayahnya adalah lautan dan olah raga layar bisa dilakukan dimanapun di seluruh wilayah Indonesia.
Selayaknya olah raga layar jadi olah raga unggulan rakyat Indonesia. Persoalan sebenarnya bukanlah dari manusianya yang tidak mau menggeluti jenis olah raga ini. Banyak tapi komitmen untuk membelanjakan uangnya bagi peralatan windsurf pada strata sosial menengah tidak ada. Sementara bagi mereka yang berada di kelas menengah atas sebagai windsurfer bukan penampilan yang ingin mereka tunjukkan, dengan kulit legam terbakar matahari, rambut kusam karena terendam air asin setiap saat. Mereka ingin tampak putih, bersih dan berkilau. Orang Indonesia waktu remaja mungkin bersedia olah raga apa saja tapi begitu menjadi dewasa dan menjadi orang kaya maka mereka beralih untuk menggeluti olah raga Golf. Jadi kenyataan di Indonesia ini tidak ada orang kaya yang mau meluangkan waktu untuk olah raga layar apalagi windsurfing.
Solusi agar olah raga air bisa memasyarakat adalah jangan lagi import peralatan olah raga air ini sebagai obyek pajak yang dikenai pajak barang mewah sehingga bisa terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. Masalahnya kita ini belum bisa membuat sendiri peralatannya. Selain itu pada kenyataannya orang-orang yang menggeluti olah raga air terutama windsurfing di Indonesia ini adalah orang-orang biasa.
Subscribe to:
Posts (Atom)